7 Tingkatan Nafsu dan Pembahasannya

MARTABAT NAFSU DAN 3 PENYEMPURNAAN


Pengenalan tentang nafsu manusia itu sangat di pentingkan sebagai pangkal dan tolak ukur dalam pengenalan diri manusia melalui 7 martabat nafsu, karena martabat nafsu itu berputar sekitar diri dan jiwa, yang di gunakan sebagai pengertian “jiwa” manusia .

Adapun analisa masing-masing martabat nafsu ini adalah seperti tersebut di bawah ini :

1.  NAFSU AMMAROH (sifat api)

(Nafsu yang selalu merintah atau mengajak)

Perangai orang pada martabat nafsu ini selalu memperturutkan kehendak hawa nafsu dan bisikan syetan, karena itu nafsu ammarah ini kerjanya senantiasa menyuruh berbuat maksiat, baik ia tahu perbuatan itu jahat atau tidak, bagi dia baik dan buruk adalah sama saja, kejahatan dipandangnya tidak menjadikan apa-apa bila dikerjakan, dia tidak mencela kejahatan, bahkan sebaliknya selalu sinis dan suka mencela segala bentuk kebaikan yang diperbuat orang lain, Nafsu Ammaroh ini adalah derajat yang paling rendah sekali, dan sangat berbahaya serta merugikan diri pribadi yang sekaligus akan menyeretnya ke lembah kehinaan.

Firmal Allah swt : Qs. Yusup : 53

“Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu (amarrah) itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang”.

Sebagian dari sifat-sifat orang yang mempunyai Nafsu Ammaroh ini antara lain adalah :

1. Bakhil atau kikir.
2. Tamak dan lobak kepada harta benda.
3. Sombong dan takabur (membanggakan diri)
4. Bermegah-megahan dan bermewah-mewahan.
5. Ingin namanya terkenal dan popular.
6. Hasad dan dengki.
7. Berniat jahat dan khianat.
8. Lupa kepada Allah SWT.
9. Dan lain-lain sifat tercela.

2.  NAFSU LAWWAMAH (sifat angin)

(Nafsu ini manusianya tidak bisa tetap dalam satu martabat kebaikan atau masih plin-plan selalu berubah-rubah)

Orang pada martabat nafsu ini suka mengritik atau mencela kejahatan dan membencinya, apabila ia terlanjur berbuat kejahatan, ia lekas menyadari dan menyesali dirinya, memang dia menyukai perbuatan baik, tapi kebaikan ini tidak dapat di pertahankan secara terus menerus karena dalam hatinya masih bersarang maksiat-maksiat batin, meskipun hal ini diketahuinya tercela dan tidak disukainya, namun selalu saja maksiat batin itu menyerangnya. Sehingga apabila kuat serangan maksiat batin itu, maka sekali-kali dia berbuat maksiat dzohir karena tidak mampu melawannya, meskipun demikian dia tetap berusaha menuju kepada keridhoan Allah swt sambil mengucap istighfar memohon ampun dan menyesal atas kemaksiatan yang diperbuatnya.

Firman Allah swt : Qs. Al-Qiyamah : 2

“dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)”.

Di antara sifat Nafsu Lawwamah ini ialah :

1.  Menyadari kesalahan diri sendiri
2.  Menyesali berbuatan jahatnya
3.  Timbul rasa takut bersalah
4.  Kritis terhadap semua kejahatan
5.  Heran kepada diri sendiri (ujub)
6.  Berbuat kebaikan agar dikagumi orang (riya’)
7.  Menceritakan ke baikannya supaya mendapat pujian (sum’ah) Dll sifat tercela di dalam hati.

3.  NAFSU  MULHAMAH (sifat air)

(Nafsu Mulhamah ini adalah nafsu yang sudah menerima latihan beberapa proses pensucian diri dari sifat-sifat yang kotor dan tercela melalui cara kehidupan laksana air yang mengalir)

Orang pada martabat nafsu mulhamah ini boleh dikatakan baru mulai masuk tingkat air kesucian, baru mulai mencapai fana, tetapi belum teguh dan mantap karena ada kemungkinan sifat-sifat terpuji itu akan lenyap dari dirinya.

Firman Allah swt : Qs. Asy-syams : 7-10

“Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (perilaku) kejahatan dan ketaqwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya".

Sifat-sifat yang timbul dari Nafsu Mulhamah ini antara lain :

1.  Tidak menyayangi harta benda (pemurah)
2.  Merasa cukup dengan apa yang ada (qona’ah)
3.  Laduni, yaitu ilmu yang di dapat dari ilham
4.  Merendahkan diri kepada Allah (Tadlarru’)
5.  Taubatan nashuha
6.  Sabar dalam segala hal yang menimpa
7.  Tenang menghadapi segala kesulitan dll.

4. NAFSU MUTHMA'INNAH (sifat tanah)

(Melekat di lubuk hatinya sifat-sifat terpuji)

Apabila orang pada martabat Nafsu Mulhammah tetap dalam proses mencapai maqam haqikat dan ma’rifat, maka terkikis habislah sifat-sifat yang tercela, dan pada waktu itulah dia masuk ke dalam martabatNafsu Muthma'innah, nafsu ini adalah sebagai permulaan mencapai derajat kewalian, orang yang telah mencapai martabat nafsu ini senantiasa merasa hatinya seolah-olah berada bersama Allah (Ma’allah).

Firman Allah swt : Qs. Al-fajr : 27-30.

- Hai jiwa yang tenang
-Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai
-Masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku
-Dan masuklah ke dalam surga-Ku.

Di antara sifat-sifat keruhanian yang timbul dari Nafsu Muthma'innah ini antra lain adalah :

1 ..Pemurah dan suka bersedekah
2.  Menyerahkan diri kepada Allah (Tawakkal)
3.  Bersifat arif dan bijaksana
4.  Kuat beramal dan kekal mengerjakan sholat
5.  Mensyukuri ni’mat yang diperoleh dengan membesarkan Allah
6.  Menerima dengan rasa puas apa yang di anugerahkan Allah (ridho)
7.  Menerima qodho dan qodar
8.  Takwa kepada Allah (Taqwallah) dll sifat yang mulia.

5.  NAFSU AR-RODHIYYAH

Martabat Nafsu Rodhiyyah ini derajatnya lebih tinggi dari martabat Nafsu Muthma'innah.
Nafsu Radhiyah ini sangat dekat dengan Allah dan menerima dengan perasaan ridho segala hukum Allah, karena itu segala problema kehidupan duniawi sama saja bagi para wali martabat nafsu rahiyah ini, nilai uang sama saja dengan kertas biasa, mereka tidak takut atau khawatir kepada siapapun yang akan mengganggu, dan tidak pula bersedih hati atas segala penderitaan sebagaimana kesedihannya yang diderita orang-orang awam.

Firman Allah swt : Qs. Yunus : 62.

"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada ke khawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati".

Sifat-sifat keruhanian yang timbul dari Nafsu Rodhiyyah ini antara lain adalah :

1.  Zuhud dari dunia
2.  Ikhlas kepada Allah
3.  Wara’ dalam ibadat
4.  Meninggalkan segala sesuatu yang bukan haqnya
5.  Menunaikan dan menetapkan hukum-hukum Allah Dan lain-lain perangai mulia dan terpuji.

6.  NAFSU MARDHIYYAH

Martabat nafsu mardliyah ini lebih tinggi dari martabat nafsu radliyah, karena segala perilaku orang nafsu ini, baik perkataan maupun perbuatan adalah diridhoi Allah dan diakui-Nya. Oleh karena itu, jadilah jiwanya, perasaannya, lintasan hatinya, gerak-geriknya, pendengarannya, penglihatannya, perkataannya, gerak kaki dan tangannya, kesemuanya itu adalah diridhoi Allah belaka.

Di antara sifat-sifat mulia dan terpuji yang timbul dari martabat nafsu mardhiyyah ini adalah sebagai berikut :

1.  Baik budi pekertinya seperti akhlak Nabi-nabi
2.  Ramah tamah dalam pergaulan dengan masyarakat sebagaimana perangai para Nabi
3.  Senantiasa merasa berdampingan dengan Allah
4.  Selalu berfikir pada kebesaran Allah
5.  Ridho dengan apa saja pemebrian Allah, Dan lain-lain budi pekerti yang luhur dan terpuji.

Dalam perjalanannya, hati orang martabat nafsu mardliyah ini merasakan dalam keadaan bersama Allah semata, dan terus menerus mengambil ilmu daripada Allah swt, setelah melalui martabat fana’, dia akan kembali ke maqam baqa,dengan kata lain setelah ia sampai kepada Allah, maka kembali lagi kepada makhluk, dan ketika itu dapatlah ia menceburkan diri dalam kehidupan masyarakat, memberi petunjuk dan menuntun ummat ke jalan syari’at agama Allah yang benar.

Dzikir orang martabat nafsu ini tetap hidup dalam persamadhiannya (khaffi) yaitu batin bagi SIRRU SIRR.

7.  NAFSU KAMILLAH

Untuk mencapai nafsu kamilah ini sudah tentu orang harus melalui lebih dahulu proses perjalanan satu persatu nafsu-nafsu sebagaimana yang telah di sebutkan dan di ajarkan di atas.

Memang tidak mudah untuk mencapai martabat nafsu ini, harus mempunyai semangat yang tinggi dan berani menempuh jalan yang sulit dan sangat terjal, Syekh Abdul Qadir Jailani misalnya, selama tiga puluh tahun lebih ia merintis dan menempuh jalan untuk mencapai maqam nafsu kamilah ini, tetapi dalam menempuh jalan ini tidak sama bagi setiap orang, lain orangnya lain pula perjalanannya, ada yang menempuh dalam waktu yang singkat dan ada pula yang lama.

Martabat nafsu kamilah ini adalah nafsu yang tertinggi dan teristimewa dari maqam wali yang lain, karena ia dapat menghimpun antara bathin dan lahir antara hakikat dan syari’at, oleh karena itu dia dinamakan maqam “Baqa Billah” atau “Kamil Mukammil” atau “Insanul Kamil”. Jelasnya ruh dan hatinya “Kekal dangan Allah”, tetapi zhahir tubuh kasarnya bersama-sama dengan pergaulan masyarakat, menjadi pemimpin membina masyarakat ke arah jalan yang di ridhoi Allah, hati mereka kekal dengan Allah meskipun di waktu tidur, karena mereka dapat musyahadah dengan Allah dalam setiap waktu. Maqam “Baqa Billah” ini tidak dapat dinilai dengan ke bendaan berbentuk apa saja di alam ini, karena itu ia merupakan maqam "Khawwasul Khawwas". Segala gerak gerik dan perilaku orang martabat nafsu kamilah ini adalah ibadat semata, maka jangan heran apapun yang ia kehendaki pasti jadi (kun fayakuun)

Firman Allah swt : Qs. Yaa Siin : 82-83.

"Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya : "JADILAH!" maka terjadilah ia".

"Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya ke kuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya-lah kamu di kembalikan".
===

Copy, paste, edit, entar, enter dari group wa

0 Response to "7 Tingkatan Nafsu dan Pembahasannya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel