Makalah Ilmu Tafsir Pada Acara PKU Abdya 2019
MAKALAH
ILMU TAFSIR
DISAMPAIKAN
O
L
E
H
TGK. NAWAWI HAKIMIS
PIMPINAN PON PES / DAYAH NIHAYATUL MUHTAJ
DESA PADANG BAK JEUMPA, KECAMATAN TANGAN-TANGAN
KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
PADA
A
C
A
R
A
PKU (PELATIHAN KADER ULAMA)
YANG DILAKSANAKAN OLEH
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA
KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
24-26 JULI 2019
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله وحده ، والصلاة والسلام على من لا نبي بعده .. أشهد ان لااله الا الله وأشهد أن محمدا رسول الله. وبعد
Pengertian ilmu tafsir
Ilmu tafsir secara Etimologi yaitu : Penjelasan, pengungkapan, dan penjabaran kata yang samar.
firman Allah Ta’ala
وَلاَ يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا
“Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) syubhat, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya” (QS. Al-Furqan: 33).
Secara Terminologi : penjelasan terhadap kalamullah, / lafadz-lafadz Alqur’an dan pemahamannya. Secara Umum Ilmu Tafsir Yaitu : ilmu yang bekerja untuk mengetahui arti dan maksud dari ayat-ayat al qur’an.
Tujuan dari mempelajari tafsir, ialah : memahamkan makna-makna Al-Qur’an, hukum-hukumnya, hikmat-hikmatnya, akhlaq-akhlaqnya, dan petunjuk-petunjuknya yang lain untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Firman Allah Ta’ala
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur`an bahkan hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
يقول تعالى آمرا بتدبر القرآن وتفهمه، وناهيا عن الإعراض عنه، فقال: {أفلا يتدبرون القرآن أم على قلوب أقفالها} أي: بل على قلوب أقفالها ، فهي مطبقة لا يخلص إليها شيء من معانيه
“Allah Ta’ala berfirman, memerintahkan (hamba-Nya) untuk mentadaburi dan memahami Al-Qur`an dan melarangnya berpaling darinya, dengan berfirman,{أفلا يتدبرون القرآن أم على قلوب أقفالها}, yaitu bahkan hati mereka terkunci, maka hati tersebut tertutup, tidak ada satu makna Al-Qur`an pun yang masuk ke dalam hatinya” (Tafsir Ibnu Katsir rahimahullah, jilid.4 hal. 459).
Maka dengan demikian nyatalah bahwa, faidah yang kita dapati dalam mempelajari tafsir ialah : “terpelihara dari salah dalam memahami Al-Qur’an”
Ilmu tafsir merupakan ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya dan luas cakupannya. Paling mulia, karena kemulian sebuah ilmu itu berkaitan dengan materi yang dipelajarinya.
Sedangkan ruang lingkup pembahasan ilmu tafsir berkaitan dengan Kalamullah yang merupakan petunjuk dan pembeda dari yang haq dan bathil. Dikatakan paling luas cakupannya, karena seorang ahli tafsir membahas berbagai macam disiplin ilmu, dia terkadang membahas akidah, fiqih, dan akhlak. Di samping itu, tidak mungkin seseorang dapat memetik pelajaran dari ayat-ayat Al-Qur’an, kecuali dengan mengetahui makna-maknanya.
Al-Kibly dalam At-Tashiel menjelaskan bahwa tafsir adalah mensyarahkan Alquran, menerangkan maknanya, dan menjelaskan apa yang dikehendaki dengan nash-nya atau isyaratnya atau dengan rahasianya yang dalam. Dari pengertian tersebut, sesunguhnya tujuan utama dari mempelajari tafsir adalah memahami makna-makna Alquran, hukum-hukumnya, hikmah-hikmahnya, ajaran akhlaknya, dan petunjuk-petunjuknya untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Ilmu Tafsir memiliki beberapa metode :
للمفسرين في التفسير أساليب أربعة هي:
1. التفسير التحليلي: وهو الأسلوب الذي يتتبع( ) فيه المفسر الآيات حسب ترتيب المصحف سواء تناول جملة من الآيات متـتابعة أو سورة كاملة أو القرآن الكريم كله، ويبين ما يتعلق بكل آية من معاني ألفاظها، ووجوه البلاغة فيها وأسباب نـزولها وأحكامها ومعناها ونحو ذلك.
2. التفسير الإجمالي: وهو الأسلوب الذي يَعْمَد فيه المفسر إلى الآيات القرآنية حسب ترتيب المصحف فيـبين معاني الجمل فيها متتبعاً ما ترمي إليه الجمل من أهداف ويصوغ ذلك بعبارات من ألفاظه ليسهل فهمها وتتضح مقاصدها.
3. التفسير المقارن: وهو الأسلوب الذي يَعمد المفسر فيه المفسر إلى الآية أو الآيات فيجمع ما حول موضوعها من نصوص سواء كانت نصوصاً قرآنية أخرى، أو نصوصاً نبوية (أحاديث)، أو للصحابة، أو للتابعين، أو للمفسرين، أو الكتب السماوية الأخرى، ثم يُقارن بين الآراء، ويستـعرض الأدلة، ويـبـين الراجح وينقض المرجوح.
4. التفسير الموضوعي: وهو أسلوب لا يُفَسِّر فيه صاحبه الآيات القرآنية حسب ترتيب المصحف بل يجمع الآيات التي تتحدث عن قضية أو موضوع واحد فيفسرها.
1. Metode Tahlili (analitik)
2. Metode Ijmali (global)
3. Metode Muqarran
4. Metode Maudhu’i (tematik)
1. Metode Tahlili (analitik)
Metode tahlili adalah metode tafsir Al-Qur’an yang berusaha menjelaskan Al-Qur’an dengan mengurai berbagai sisinya dan menjelaskan apa yang dimaksudkan oleh Al Qur’an.
Tafsir ini dilakukan secara berurutan ayat demi ayat, kemudian surat demi surat dari awal hingga akhir sesuai dengan susunan Al Qur’an. Dia menjelaskan kosa kata dan lafazh, menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat, yaitu unsur-unsur i’jaz, balaghah, dan keindahan susunan kalimat, menjelaskan apa yang dapat diambil dari ayat yaitu hukum fiqh, dalil syar’i, arti secara bahasa, norma-norma akhlak, dan lain sebagainya.
2. Metode Ijmali (global)
Metode ini berusaha menafsirkan Al-Qur’an secara singkat dan global, dengan menjelaskan makna yang dimaksud tiap kalimat dengan bahasa yang ringkas sehingga mudah dipahami. Urutan penafsiran sama dengan metode tahlili, namun memiliki perbedaan dalam hal penjelasan yang singkat dan tidak panjang lebar. Keistimewaan tafsir ini ada pada kemudahannya sehingga dapat dikonsumsi oleh tiap lapisan dan tingkatan ilmu kaum muslimin.
3. Metode Muqarran
Tafsir ini menggunakan metode perbandingan antara ayat dengan ayat, atau ayat dengan hadits, atau antara pendapat-pendapat para ulama tafsir, dengan menonjolkan perbedaan tertentu dari obyek yang diperbandingkan itu.
4. Metode Maudhu’i (tematik)
Metode ini adalah metode tafsir yang berusaha mencari jawaban Al-Qur’an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang mempunyai tujuan yang satu, yang bersama-sama membahas topik atau judul tertentu dan menertibkannya sesuai dengan masa turunnya selaras dengan sebab-sebab turunnya, kemudian memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-penjelasan, keterangan-keterangan dan hubungan-hubungannya dengan ayat-ayat lain kemudian mengambil hukum-hukum darinya.
MACAM-MACAM TAFSIR BERDASARKAN SUMBERNYA
من جهة استمداده
وجهة استمداده تكون من الطريق المعتاد نقلا كان من القرآن نفسه، أو من السنة، أو من كلام الصحابة، أو التابعين، أو كان رأيا واجتهادا. أو من غير هذا الطريق بأن يكون بطريق الإلهام والفيض، فالتفسير ينقسم بهذا الاعتبار إلى ثلاثة أقسام:
• تفسير بالرواية، ويسمى التفسير بالمأثور.
• تفسير بالدراية، ويسمى التفسير بالرأي.
• تفسير بالفيض والإشارة، ويسمى التفسير الإشاري.
Pembagian Tafsir secara ilmiah, tafsir terbagi menjadi tiga bagian:
1. Tafsir bil-ma’tsur ( bir-riwayah )
2. Tafsir bir-ra’yi ( bid-dirayah )
3. Tafsirul isyari ( bil-isyarah ) dan ada juga yang menambahkan ke empat
4. Tafsir bil Izdiwaji ( campuran tafsir bil Matsur dan Tafsir bil Ra’yi )
Sabda Rasulullah saw:
470 - ( ت) - ابن عباس- رضي الله عنهما - : قال : قال رسُول الله صلى الله عليه وسلم : «من قال في القرآن بِغَيْرِ عِلمٍ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقعدَه من النَّارِ».
وفي رواية : أن النبيَّ صلى الله عليه وسلم قال : «اتَّقُوا الحديثَ عني إلا ما عَلِمْتُم ، فمن كَذَبَ علَيَّ مُتَعَمِّدا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقعَده من النَّارِ ، وَمن قال في القرآن بِرأْيِهِ ، فَليتَبَوَّأْ مقعده من النار». أخرجه الترمذي.
[شَرْحُ الْغَرِيبِ] فليتبوأ : أي : فليتخذ له مَباءة ، يعني منـزلا. ( )
Artinya:
“Barang siapa menafsirkan Al Qur’an dengan tanpa ilmu, maka siapkanlah tempatnya di neraka”.
Tafsir Isyari
Menurut kaum sufi setiap ayat mempunyai makna yang zahir dan batin. Yang zahir adalah yang segera mudah dipahami oleh akal pikiran sedangkan yang batin adalah yang isyarat-isyarat yang tersembunyi dibalik itu yang hanya dapat diketahui oleh ahlinya. Isyarat-isyarat kudus yang terdapat di balik ungkapan-ungkapan Al-Qur’an inilah yang akan tercurah ke dalam hati dari limpahan pengetahuan gaib yang dibawa ayat-ayat. Itulah yang biasa disebut tafsir Isyari.
من تفاسير الصوفية
• تفسير التستري - سهل التستري (ت 283 هـ)
• تفسير السلمي - أبو عبد الرحمن محمد بن الحسين السلمي (ت 412 هـ)
• تفسير لطائف الإشارات - القشيري (ت 465 هـ)
• التأويلات النجمية في التفسير الإشاري الصوفي - نجم الدين الكبرى (ت 618 هـ)
• تفسير الجيلاني - عبد القادر الجيلاني (ت 713 هـ)
• أنوار القرآن وأسرار الفرقان - الملا علي القاري (ت 1014 هـ)
• روح البيان في تفسير القرآن - إسماعيل حقي البروسوي (ت 1127 هـ)
• البحر المديد في تفسير القرآن المجيد - أحمد بن عجيبة (ت 1224 هـ)
Tujuan/Manfaat Ilmu Tafsir
1. Mengetahui makna kata-kata dalam al-Qur’an
2. Menjelaskan maksud setiap ayat
3. Menyingkap hukum dan hikmah yang dikandung al-Qur’an
4. Menyampaikan pembaca kepada maksud yang diinginkan oleh Syari` (pembuat syari`at), yaitu Allah SWT, agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akherat
Ilmu-Ilmu yang Dibutuhkan dalam Penafsiran al-Qur’an (Ulum al-Qur’an)
1. Ilmu Mawathin al-nuzul
2. Ilmu Tawarikh
3. Ilmu Asbab al-nuzul
4. Ilmu Qira’at
5. Ilmu tajwid
6. Ilmu Gharib al-qur’an
7. Ilmu I’rabil qur’an
8. Ilmu Wujuh wa al-nazhair
9. Ilmu Ma’rifat al-muhkam wa al-mutasyabih
10. Ilmu Al-Nasikh wa al-Mansukh
11. Ilmu Bada’I al-qur’an
12. Ilmu I’jaz al-qur’an.
13. Ilmu Tanasub ayat al-qur’an.
14. Ilmu Aqsam al-qur’an.
15. Ilmu Amtsal al-qur’an.
16. Ilmu Jidal al-qur’an.
17. Ilmu Adab al-tilawah al-qur’an
Syarat Dan Adab Penafsir Al-Qur’an
1. Niatnya harus bagus, hanya untuk mencari keridloan Allah semata.
2. Berakhlak mulia, agar ilmunya bermanfaat dan dapat dicontoh oleh orang lain
3. Mengamalkan ilmunya.
4. Hati-hati dalam menukil sesuatu, tidak menulis atau berbicara kecuali setelah menelitinya terlebih dahulu kebenarannya.
5. Berani dalam menyuarakan kebenaran dimana dan kapanpun dia berada.
6. Tenang dan tidak tergesa-gesa terhadap sesuatu.
7. Beraqidah shahihah, karena aqidah sangat pengaruh dalam menafsirkan al-Qur’an.
8. Tidak dengan hawa nafsu semata, Karena dengan hawa nafsu seseorang akan memenangkan pendapatnya sendiri tanpa melilhat dalil yang ada. Bahkan terkadang mengalihkan suatu ayat hanya untuk memenangkan pendapat atau madzhabnya.
9. Mengikuti urut-urutan dalam menafsirkan al-Qur’an seperti penafsiran dengan al-Qur’an, kemudian as-sunnah, perkataan para sahabat dan perkataan para tabi’in.
10. Faham bahasa arab dan perangkat-perangkatnya, karena al-Qur’an turun dengan bahasa arab. Mujahid berkata; “Tidak boleh seorangpun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, berbicara tentang Kitabullah (al-Qur’an) jikalau tidak menguasai bahasa arab“.
11. memiliki pemahaman yang mendalam agar bisa mentaujih (mengarahkan) suatu makna atau mengistimbat suatu hukum sesuai dengan nusus syari’ah,
12. Faham dengan pokok-pokok ilmu yang ada hubungannya dengan al-Qur’an seperti ilmu nahwu (grammer), al-Isytiqoq (pecahan atau perubahan dari suatu kata ke kata yang lainnya), al-ma’ani, al-bayan, al-badi’, ilmu qiroat (macam-macam bacaan dalam al-Qur’an), aqidah shaihah, ushul fiqh, asbabunnuzul, kisah-kisah dalam islam, mengetahui nasikh wal mansukh, fiqh, hadits, dan lainnya yang dibutuhkan dalam menafsirkan.
15 ilmu yang harus dikuasai sebelum menafsirkan AL-QUR"AN
1. Ilmu Lughat (filologi), yaitu ilmu untuk mengetahui arti setiap kata al Quran. Mujahid rah.a. berkata, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka tidak layak baginya berkomentar tentang ayat-ayat al Quran tanpa mengetahui ilmu lughat. Sedikit pengetahuan tentang lughat tidaklah cukup karena kadangkala satu kata mengandung berbagai arti. Jika mengetahui satu atau dua arti, tidaklah cukup. Bisa jadi kata itu mempunyai arti dan maksud yang berbeda.
2. Ilmu Nahwu (tata bahasa), yaitu ilmu untuk mengetahui makna dan bentuk susunan kalimat dalam bahasa Arab. Sangat penting mengetahui ilmu Nahwu, karena sedikit saja I’rab (bacaan akhir kata) berubah akan mengubah arti perkataan itu. Sedangkan pengetahuan tentang I’rab hanya didapat dalam ilmu Nahwu.
3. Ilmu Sharaf (perubahan bentuk kata (ilmu untuk mengetahui perubahan suatu kata dalam bahasa Arab dan keadaannya sebelum tersusun).), Mengetahui Ilmu sharaf sangat penting, karena perubahan sedikit bentuk suatu kata akan mengubah maknanya. Ibnu Faris berkata, “Jika seseorang tidak mempunyai ilmu sharaf, berarti ia telah kehilangan banyak hal.” Dalam Ujubatut Tafsir, Syaikh Zamakhsyari rah.a. menulis bahwa ada seseorang yang menerjemahkan ayat al Quran yang berbunyi:
يَوۡمَ نَدۡعُواْ ڪُلَّ أُنَاسِۭ بِإِمَـٰمِهِمۡۖ…
“(Ingatlah) pada suatu hari (yang pada hari itu) kami panggil setiap umat dengan pemimpinya. “(Qs. Al Isra [17]:71)
Karena ketidaktahuannya tentang ilmu sharaf, ia menerjemahkan ayat itu seperti ini:
“pada hari ketika manusia dipanggil dengan ibu-ibu mereka.”
Ia mengira bahwa kata ‘imaam’ (pemimpin) yang merupakan bentuk mufrad (tunggal) adalah bentuk jamak dari kata ‘um’ (ibu). Jika ia memahami ilmu sharaf, tidak mungkin akan mengartikan ‘imaam’ sebagai ibu-ibu.
4. Imu Isytiqaq (yaitu ilmu tentang asal usul kata (akar kata), Mengetahui ilmu isytiqaq sangatlah penting. Dengan ilmu ini dapat diketahui asal-usul kata. Ada beberapa kata yang berasal dari dua kata yang berbeda, sehingga berbeda makna. Seperti kata ‘masih’ berasal dari kata ‘masah’ yang artinya menyentuh atau menggerakkan tangan yang basah ke atas suatu benda, atau juga berasal dari kata ‘masahat / misaahah’ yang berarti ukuran.
5. Ilmu Ma’ani (ilmu tentang susunan kalimat dari segi maknanya)., Ilmu ini sangat penting di ketahui, karena dengan ilmu ini susunan kalimat dapat di ketahui dengan melihat maknanya.
6. Ilmu Bayaan, Yaitu ilmu yang mempelajari makna kata yang zhahir dan yang tersembunyi, juga mempelajari kiasan serta permisalan kata.
7. Ilmu Badi’, yakni ilmu yang mempelajari keindahan bahasa.
Ketiga bidang ilmu (Ma’ani, Bayan dan Badi’) di atas juga di sebut sebagai cabang ilmu balaghah yang sangat penting dimiliki oleh para ahli tafsir. Al Quran adalah mukjizat yang agung, maka dengan ilmu-ilmu di atas, kemukjizatan al Quran dapat di ketahui.
8. Ilmu Qira’at, yaitu ilmu yang mempelajari tentang macam-macam bacaan Al-Qur’an. Ilmu ini sangat penting dipelajari, karena perbedaan bacaan dapat mengubah makna ayat. Ilmu ini membantu menentukan makna paling tepat di antara makna-makna suatu kata.
9. Ilmu Aqa’id, yaitu ilmu yang mempelajari dasar-dasar keimanan. Ilmu yang sangat penting di pelajari ini mempelajari dasar-dasar keimanan, kadangkala ada satu ayat yang arti zhahirnya tidak mungkin diperuntukkan bagi Allah swt. Untuk memahaminya diperlukan takwil ayat itu, seperti ayat:
... يَدُ اللهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ ... {الفتح : 10}
“Tangan Allah di atas tangan mereka.” (Qs. Al Faht 48]:10)
(Takwilnya, orang yang berjanji kepada Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam, sama juga dengan berjanji kepada Allah Subhaanahu wata’ala).
10. Ushul Fiqih, yaitu Ilmu yang mempelajari cara pengambilan hukum dari dalil-dalil syariat secara garis besar). Mempelajari ilmu ushul fiqih sangat penting, karena dengan ilmu ini kita dapat mengambil dalil dan menggali hukum dari suatu ayat.
11. Ilmu Asbabun-Nuzul, Yaitu ilmu untuk mengetahui sebab-sebab turunnya ayat al Quran. Dengan mengetahui sebab-sebab turunnya, maka maksud suatu ayat mudah di pahami. Karena kadangkala maksud suatu ayat itu bergantung pada asbabun nuzul-nya.
12. Ilmu Nasikh Mansukh, Dengan ilmu ini dapat dipelajari suatu hukum uang sudah di hapus dan hukum yang masih tetap berlaku.
13. Ilmu Fiqih, Ilmu yang mempelajari hukum-hukum dalam syari’at. Ilmu ini sangat penting dipelajari. Dengan menguasai hukum-hukum fiqih secara rinci akan mudah mengetahui hukum global atau memahami hukum kaidah-kaidah umum yang ada dalam dalam Al-Qu’ran yang menjadi dasar hukum tersebut.
14. Ilmu Hadist, Ilmu untuk mengetahui hadist-hadist yang menafsirkan ayat-ayat al Quran.
15. Ilmu Wahbi, Ilmu khusus yang di berikan Allah kepada hamba-nya yang istimewa, sebagaimana sabda Nabi Saw..,,
من عمل بما علم أورثه الله علم ما لم يعلم.( )
من عمل بما علم نور الله تعالى قلبه . ( )
“Barangsiapa mengamalkan apa yang ia ketahui, maka Allah akan memberikan kepadanya ilmu yang tidak ia ketahui.”
Juga sebagaimana disebutkan dalam riwayat, bahwa Ali r.a. pernah ditanya oleh seseorang, “Apakah rasulullah telah memberimu suatu ilmu atau nasihat khusus yang tidak di berikan kepada orang lain?” Maka ia menjawab, “Demi Allah, demi Yang menciptakan Surga dan jiwa. Aku tidak memiliki sesuatu yang khusus kecuali pemahaman al Quran yang Allah berikan kepada hamba-Nya.” Ibnu Abi Dunya berkata, “Ilmu al Quran dan pengetahuan yang didapat darinya seperti lautan yang tak bertepi.
Ilmu-ilmu yang telah diterangkan di atas adalah alat bagi para mufassir al Quran. Seseorang yang tidak memiliki ilmu-ilmu tersebut lalu menfsirkan al Quran, berarti ia telah menafsirkannya menurut pendapatnya sendiri, yang larangannya telah di sebutkan dalam banyak hadist. Para sahabat telah memperoleh ilmu bahasa Arab secara turun temurun, dan ilmu lainnya mereka dapatkan melalui cahaya Nubuwwah.
Iman Suyuthi rah.a. berkata, “Mungkin kalian berpendapat bahwa ilmu Wahbi itu berada di luar kemampuan manusia. Padahal tidak demikian, karena Allah sendiri telah menunjukkan caranya, misalnya dengan mengamalkan ilmu yang dimiliki dan tidak mencintai dunia.”
مبادئ علم التفسير
ان الــمبادي كل فن عشرة * الحــد والموضوع ثم الثمـرة
وفضله ونـسبـة والــواضع * والاسم والاستمداد حكم الشارع
مسائل والبعض بالبعض اكتـفى * ومن درى الجميع حاز الشرف
1. التعريف:
لغة: التفسير تفعيل من الفسر وهو البـيان والكشف ، ويقال هو مقلوب السفر تقول أسفر الصبح إذا أضاء ، وقيل مأخوذ من التفسرة وهي اسم لما يعرف به الطبـيب المرض. ( )
فالتفسير مأخوذ من الفسر الذي هو كشف المغطى ( ) أو إظهار المعنى المعقول ( ) وبين المادتين "الكشف" و "الإظهار" تلازم إلا أن الراغب الأصفهاني أضاف أن الفسر يكون في بيان المعنى المعقول .
واصطلاحاً : بيان كلام الله أو أنه المبين لألفاظ القرآن الكريم ومفهوماتها .
فقد عرفه بعض العلماء كما نقل ذلك السيوطي في كتابه الإتقان بأنه : علم نزول الآيات وشؤونها وأقاصيصها والأسباب النازلة فيها ثم ترتيب مكيها ومدنيها ومحكمها ومتشابهها وناسخها ومنسوخها وخاصها وعامها ومطلقها ومقيدها ومجملها ومفسرها وحلالها وحرامها ووعدها ووعيدها وأمرها ونهيها وعبرها وأمثالها ( )
وقال الزرقاني في تعريفه للتفسير بقوله : هو علم يـبحث فيه عن أحوال القرآن الكريم من حيث دلالته على مراد الله تعالى بقدر الطاقة البشرية( )
2. موضوعه : كلام الله ( )
3. فائدته \ فضله :
التذكر والإعتبار ومعرفة هداية الله في العقائد والعبادات والمعاملات والأخلاق ليفوز الأفراد والمجاميع بخير العاجلة والآجلة ( )
4. فضله :
قال الأصبهاني : أشرف صناعة يتعاطاها الإنسان تفسير القرآن الكريم ؛ ذلك أن شرف الصناعة يكون إما بشرف موضوعها أو بشرف غرضها أو بشدة الحاجة إليها ، والتفسير قد حاز الشرف من الجهات الثلاث فموضوعه كلام الله تعالى ، والغرض منه الوصول إلى السعادة الحقيقية التي لا تفنى ، وأما من جهة شدة الحاجة فلأن كل كمال ديني أو دنيوي عاجلي أو آجلي مفتقر إلى العلوم الشرعية والمعارف الدينية ، وهي متوقفة على العلم بكتاب الله تعالى ( )
وقال الطبري مبـيناً فضل هذا العلم : اعلموا عباد الله أن أحق ما صرفت إلى علمه العناية وبلغت في معرفته الغاية ما كان لله في العلم به رضا وللعالم به إلى سبـيل الرشد هدى وأن أجمع ذلك لباغيه كتاب الله الذي لا ريب فيه وتنـزيله الذي لا مرية فيه الفائز بجزيل الذخر وسنى الأجر تاليه الذي لا يأتيه الباطل من بين يديه ولا من خلفه تنـزيل من حكيم حميد.( )
5. نسبته : علم التفسير من العلوم بـمنـزلة الإنسان من العين والعين من الإنسان.( )
6. واضعه : النبي صلّى الله عليه وسلم كان أول مفسر لكتاب الله يـبين للناس ما نزل على قلبه.( )
7. اسمه : علم التفسير وسمي علم التفسير لما فيه من الكشف والتبـيين واختص بهذا الاسم دون بقية العلوم مع أنها مشتملة على الكشف والتبـيين لجلالة قدره ، وقصده إلى تبـيين مراد الله من كلامه كان كأنه هو التفسير وحده دون ما عداه ( )
8. استمداده : من علم اللغة والنحو والتصريف وعلم البيان وأصول الفقه والقراءات ويحتاج لمعرفة أسباب النزول والناسخ والمنسوخ ( )
9. حكمه : وقد أجمع العلماء أن التفسير من فروض الكفايات وأجل العلوم الثلاثة الشرعية( )
Disusun oleh,
Abi Nawawi Hakimis
Pimpinan Dayah Nihayatul Muhtaj
Di Desa Padang Bak Jeumpa, Kec. Tangan-tangan, Abdya
www.nawawihakimis.blogspot.com
www.ladangsantri.com
www.facebook.com/nawawihakimis
0 Response to "Makalah Ilmu Tafsir Pada Acara PKU Abdya 2019"
Posting Komentar