Kwalitas Amal Orang Yang Zuhud dan Raghib

#kajianhikam_pangersauwa

Belajar al Hikam • Hikmah ke 45
• Mohon keikhlasannya untuk terlebih dahulu membaca surat al Fatihah untuk beliau, pangersa Uwa.
Ilaa hadhroti syekh Zezen Zaenal Abidin Bazul Asyhab. Al fatihah.

AMAL KECIL DAN ZUHUD

مَاقَلَّ عَمَلٌ بَرَزَ مِنْ قَلْبٍ زَاهِدٍ وَلاَكَثُرَ عَمَلٌ بَرَزَ مِنْ قَلْبٍ رَاغِبٍ

Tidak akan sedikit, amalan yang lahir dari qolbu yang zuhud, dan tidak akan banyak, amalan yang lahir dari qolbu yang roghib

Zaahid adalah orang yang zuhud yaitu yang menjaga qalbunya dari cinta dunia. Ketika dalam qolbu ada cinta terhadap dunia maka ini yang akan mendorong kepada beramal ingin imbalan, dipuji dan dihormati manusia, saat itu rusaklah keihklasan dalam beramal. Sedangkan roghib adalah orang yang di dalam qolbunya ada cinta terhadap dunia

Dalam pandangan manusia, kebaikan ada yang dianggap kecil ada yang dianggap besar
Contoh yang dianggap kecil ; memberi makan kucing, senyum ketika bertemu orang, membaca basmallah saat hendak makan dan lain sebagainya.
Contoh yang dianggap besar ; memberi makan 2000 orang, shaum beberapa tahun, tahajud tiap malam dll

Jangan anggap remeh ibadah/kebaikan sekecil apapun. Karena kebaikan yang dilakukan oleh orang yang qolbunya zuhud walaupun tampak kecil dalam pandangan manusia, tetap punya nilai besar dihadapan Alloh. Karena qolbu yang zuhud mendorong untuk ikhlas, sebagaimana diketahui ikhlas merupakan kunci diterimanya sebuah amalan. Contoh mau makan basmallah dulu, keliatannya amalan ini kecil, namun akan memiliki nilai besar disisi Alloh. Sebaliknya amalan yang dilakukan oleh orang yang qolbunya roghib, tidak akan punya nilai tinggi dihadapan Alloh, walaupun amalannya tampak besar dihadapan manusia, seperti jihad mengangkat senjata, shodaqoh dengan jumlah besar dan lain sebagainya

Sayyid ibnu mas’ud r.a pernah berkata :

رَكْعَتَانِ مِنْ عَالِمٍ زَاهِدٍ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ تَعَالَى مِنْ عِبَادَةِ الْمُتَعَبِّدِيْنَ الرَّاغِبِيْنَ أَبَدًا سَرْمَدًا

Dua roka’at dari seorang yang berilmu yang zuhud lebih baik dan lebih dicintai Alloh dibandingkan ibadahnya ahli-ahli ibadah yang senang dunia seumur hidupnya

Sebagian orang masih memahami Zuhud dengan harus miskin; rumah jelek, baju lusuh, makan nasi tanpa lauk atau Cuma makan daun-daunan. Ini pemahaman yang keliru. Zuhud bukan soal punya atau tidak punya, tapi lebih melihat kepada penggunaan. Ketika seseorang punya harta yang banyak, kemudian disyukuri dan digunakan untuk beribadah, berjuang menegakkan agama Alloh, maka zuhudlah ia. Sebaliknya orang yang miskin harta, namun harta yang ada (walau sekecil apapun) tidak disyukuri dan tidak dipakai beribadah, maka ia tidak tergolong zuhud walaupun miskin

Dalam sebuah hadits disebutkan, bahwa ada 10 sahabat yang dijamin masuk surga, yaitu ;
1. Sayyid Abu bakar as Shiddiq
2. Sayyid Umar ibn Khottob
3. Sayyid Utsman ibn Affan
4. Sayyid Ali Ibn Abi tholib
5. Sayyid Tholhah ibn Abdulloh
6. Sayyid Zubair ibn Awwam
7. Sayyid Sa’ad ibn abi waqosh
8. Sayyid sa’id ibn zaid
9. Sayyid Abdurrohman ibn Auf
10. Sayyid Abi Ubaidillah ibn Jarroh

Dari 10 orang tersebut di atas, kebanyakan orang kaya. Diantaranya bisa kita lihat dari sejarah, menurut sebagian sumber Sayyid Utsman bin Affan pernah membeli sumber mata air “raumah” di madinah yang airnya jernih dari seorang yahudi seharga 20.000 dirham (sekitar Rp. 5 Milyar) Kemudian sumber air tersebut diwakafkan untuk kepentingan kaum muslimin, karena saat itu kaum muslimin sedang kekurangan air bersih. Ia juga pernah menyumbangkan 1000 ekor unta (sekitar Rp. 10 Milyar)  dan 70 ekor kuda ditambah 1000 dirham untuk kelancaran perang tabuk.

Sayyid tholhah dijuluki “al fayyadh” (yang sangat banyak infaknya) oleh Baginda Nabi, ia pernah menginfakkan hartanya sebesar 300.000 dirham (Rp. 18 Milyar)

Sayyid Abdurrohman bin Auf, dikenal sebagai pedagang yang tidak pernah rugi. Beliau yang pernah menyumbangkan 4000 dinar (sekitar Rp 4,5 Milyar). Ia juga pernah menyerahkan 500 ekor kuda (sekitar Rp. 5 Milyar) untuk kelengkapan tentara Islam.

Kalau zuhud diidentikkan dengan miskin, berarti para shohabat yang disebut di atas tidak zuhud? Mana mungkin mereka dijamin masuk surga?.
Yang tidak boleh itu bukan punya dunya (kaya harta) tapi cinta dunia sehingga tertipu dunia, sedangkan letaknya cinta itu diqolbu. jadi zuhud urusan qolbu.
Tanda tertipu bagaimana? Yang tadi disebutkan, bahwa hartanya tidak disyukuri dan tidak digunakan untuk beribadah. Maka dunia jangan sampai masuk dan menguasai qolbu, simpan saja di tangan.
Dalam hal ini, manusia bisa diklasifikasikan menjadi 4 tipe
1. Orang tidak cinta harta, namun kaya raya
2. Orang tidak cinta harta, juga miskin harta
3. Orang cinta harta, juga kaya raya
4. Orang cinta harta, namun miskin harta
Tipe ke 1 dan ke 2 termasuk zuhud, sedangkan yang ke 3 dan ke 4 bukan tipe zuhud walaupun miskin.

Harus diingat, "miskin bukan tanda kesholehan", karena di dalam al Quran pun dari surat Al fatihah sampai surat Annas, tidak ada yang menyebutkan tanda-tanda orang beriman, atau orang sholeh harus miskin. Sekali lagi yang ada itu jangan tertipu dunia

Kita umat islam "jangan ingin miskin, tapi harus siap miskin", artinya ketika hidup kita belum diberi kesejahteraan oleh Alloh jangan mengeluh, menggerutu dan putus asa. Tapi berusaha sepenuh daya keluar dari keadaan tersebut. Bukankah kita punya yel “ PERUBAHAN !  BISA, BISA, PASTI BISA. INSYA ALLOH”.

Saya bicara seperti ini bukan omdo (omong doang) karena memang pernah mengalami, 10 tahun saya hidup serba kekurangan, sering mengalami ketika mau makan tidak ada beras buat dimasak, harus pinjam dulu ke santri. Genting dipakai untuk “nyangrai”(menggoreng tanpa minyak) ikan asin sebagai pengganti wajan. Kemudian walaupun sudah berkeluarga, alhamdulillah semangat mencari ilmu tidak pernah surut, pernah suatu ketika ingin mengikuti “pasaran” fathul mu’in ke Mama Abdurrohman cikole-ciamis, untuk itu saya harus menanam sawi dulu, hasilnya dijual, uang penjualannya dikumpulkan, beberapa bulan kemudian barulah bisa berangkat ke ciamis.
Alhamdulillah, diantaranya berkah para guru, berkah mengamalkan wirid waqi’ah, sholawat dll, saya bisa keluar dari keadaan tersebut. Yang repot, hidup belum sejahtera, tapi malas; Kerja malas, berdo’a malas. Disuruh shaum 40 hari disertai mengamalkan wirid waqi’ah, tidak mau. Wirid sholawat 4444x juga berat. Ingat, innalloha laa yughoyyiru maa biqaumin hattaa yughoyyiruu maa bi anfusihim. Alloh tidak akan merubah keadaan kita, kalau kita tidak mau merubahnya sendiri. sudah seperti itu sunnatullohnya

Makanya kalau saya melihat kawan-kawan yang belum sejahtera, saya tidak menghinakan atau merendahkan. Diantaranya saya memberi motivasi agar “jangan terlalu lama miskinnya”, usahakan sepenuh daya agar berubah.

Kembali ke pembahasan awal, bahwa jangan anggap remeh amal yang menurut kita kecil/sedikit, selama kita terus menjaga qalbu kita. Setiap kebaikan khususnya yang termasuk sunnah (amalan yang dilakukan/berasal dari Baginda Nabi) mempunyai kekuatan spiritual yang luar biasa, yang bisa menurunkan nushrotulloh (pertolongan Alloh).

Saya pernah mendengar al habib umar bin hafidz menceritakan sebuah kisah pada masa pemerintahan sayyid Umar bin khattab

Ketika sayyid Umar bin Khatab mengirim pasukan ke sebuah kota untuk menaklukan kota tersebut setelah sebelumnya menolak ajakan masuk Islam. Selang berhari-hari pasukan islam belum bisa menaklukkan kota tersebut. Akhirnya sang panglima meminta tambahan pasukan sejumlah 40.000 orang pada Khalifah Umar bin Khatab.

Khalifah Umar mengabulkan permintaan tersebut. Namun tambahan pasukan yang dikirim hanya berjumlah 4 orang saja. Beliau beralasan bahwa 4 orang ini masing-masing sama dengan 10.000 pasukan. Sayyid Umar berpesan pada 4 orang ini untuk menyelidiki mengapa pasukan Islam belum juga berhasil dalam penaklukan tersebut.

Berangkatlah tambahan pasukan ini dengan membawa misi khusus dari sang khalifah. Sesampainya di perkemahan pasukan muslim, 4 orang ini membaur dan mengikuti semua kegiatan pasukan. Mulai dari sholat berjamaah, qiyamul lail, tilawah dll. Mereka menilai bahwa dari segi ibadah pasukan ini tidak ada masalah. Lalu apa sebenarnya yang menjadi masalah mereka sehingga menghalangi mereka dari memperoleh kemenangan?

setelah diamati ternyata ada satu sunnah yang belum diamalkan oleh pasukan muslim saat itu, dengan berbagai alasan. Yaitu bersiwak. Setelah hal itu dimusyawarahkan dengan sang panglima, maka semua pasukan dikumpulkan. Mereka diminta untuk menebang pohon untuk membuat siwak. Semua pasukan menuruti perintah ini. Mereka berbondong-bondong mencari pohon yang kayunya bisa dipakai untuk bersiwak lalu menebangnya kemudian dibuatlah siwak. Setelah itu mereka semua bersiwak dengan kayu dari pohon yang sudah mereka tebang tadi.

Setelah semua bersiwak pasukan ini bersiap menyerang kota tersebut. Sesampainya di kota, mereka sangat kaget bercampur bahagia, karena ternyata pasukan kafir telah pergi dari kota tersebut, tidak ada satupun. dengan kata lain mereka menang tanpa berperang

Setelah ditelusuri penyebabnya, ternyata saat semua pasukan muslim menebang pohon, sampai bersiwak tadi, ada mata-mata pihak kafir yang mengintai semua kegiatan pasukan islam tersebut. Kemudian si mata-mata melaporkan kepada pimpinannya bahwa pasukan muslim sangat hebat dan menyeramkan, mereka sedang memakan kayu dan terlihat sedang mengasah gigi-gigi mereka dengan kayu tersebut, “mungkin mereka akan memakan kita juga komandan” ujar mata-mata itu. Padahal mereka sedang bersiwak

Ketika kita melakukan sebuah kebaikan dengan ikhlas maka Alloh ridho, kalau sudah ridho, maka pertolonganpun turun.
===
Copas

0 Response to "Kwalitas Amal Orang Yang Zuhud dan Raghib"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel