Aceh Tidak Mesti Ikut Menag Tentang Puasa dst ?

(Provinsi ACEH) MENGIKUTI KEPUTUSAN MENTERI AGAMA RI DALAM MENETAPKAN AWAL RAMADHAN.
BOLEHKAH..??

Oleh: Al faqir Syamsul Rijal.



Sebelum kami berbicara lebih jauh tentang judul di atas , ada baiknya kami beritahukan kepada pembaca yang budiman yang bahwa artikel ini kami tulis bukanlah bertujuan untuk memecah belah ummat, akan tetapi kami ingin mempertempatkan masalah pada tempatnya. Dan artikel ini murni dari hasil baca dan telaah kami sendiri tanpa mewakili golongan atau kelompok tertentu, maka daripada itu kritik dan saran yang membangun dan beretika daripada para pembaca sangat kami harapkan..☺☺🙏🙏
بسم اللّٰه الرحمن الرحيم
لا يثبت رمضان كغيره من الشهور الا برئية الهلال او اكمال العدة ثلاثين... الخ( بغية المسترشدين 108)
"Tidak ditetap bulan ramadhan dan selainnya daripada bulan2 kecuali dengan melihat anak bulan atau menyempurnakan tiga puluh hari." (bungyatulmustarsyidin: 108)

Perlu diketahui yg bahwa hampir semua golongan dan kelompok di Aceh mengakui kewajiban melakukan rukyatul hilal untuk memasuki puasa ramadhan, tetapi yang terjadi perbedaan di antara mereka adalah sebagian mengatakan mesti melakukan rukyah di ACEH ataupun tempat yang masih bersatu matlak nya dengan ACEH, sedangkan sebagian yang lain mengatakan memada dengan mengikuti rukyah yang dilakukan pusat/ pemerintah/ mentri agama.
Maka yang akan kita bicarakan di sini adalah kelompok yang ke dua yang mengatakan memada ikut mentri agama dengan beralasan kepada beberapa nash kitab muktabarah dalam mazhab syafii.
1.يلزم من الرئية فى البلد الشرقي الرئية فى الغربية

2.حكم الحاكم يرفع الخلاف
mengenai nash nomor 1(satu) dapat kami jelaskan yang bahwa perkataan tersebut adalah perkataan imam subki. dalam kitab bughyatulmustarsyidin hal 109 di jelaskan
وقول السبكى يلزم من الرئية فى البلدة الشرقية الرئية في الغربية منتقد لا يوافق عليه.
"pendapat subki yg mengatakan lazim daripada rukyah pada negri timur untuk rukyah bagi negri barat adalah pendapat yang di tentang dan tidak ada kecocokan di atasnya."
Sedangkan dalam kitab ianatuthalibin dan kitab tuhfatul muhtaj  mesannef menjelaskan yg bahwa perkataan imam Subki itu perlu dihamal/ dipertanggungkan agar tidak menentang dengan pendapat kuat yang ada dalam mazhab syafii dengan memaksudkan dari kata kata يلزم adalah lazem wujud bukan lazem rukyah karena kadang kadang tertegah merukyah anak bulan walaupun sudah wujud sedang kan pembicaraan tentang rukyah bukan tentang wujud.
المدار على الرئية لا على الوجود
maka dari hamal tersebut dapat diketahui yg bahwa imam subki sendiri tidak berpendapat melalui perkataannya pada nash nomor 1(satu) untuk membolehkan mengikuti hasil rukyah yang terjadi di daerah yang tidak bersatu matlak tetapi maksud perkataan tersebut sesuai dengan yg di katakan musannef ianatuthalibin tadi yg mana beliau menukilkannya dari tuhfah..



Sedangkan untuk nash nomor 2(dua) حكم الحاكم يرفع الخلاف adalah kaidah yg terbitnya dari nash yang terdapat dalam kitab tuhfatul  muhtaj juz 3 hal 383.
 (تنبيه)
أثبت مخالف الهلال مع اختلاف المطالع لزمنا العمل بمقتضى إثباته؛ لأنه صار من رمضان حتى على قواعدنا أخذا من قول المجموع محل الخلاف في قبول الواحد ما لم يحكم بشهادة الواحد حاكم يراه وإلا وجب الصوم ولم ينقض الحكم إجماعا
Artinya: "menetapkan oleh hakim yg berbeda mazhab akan hilal beserta berbeda matlak maka kita wajib beramal dengan penetapan tersebut karna itu telah menjadi bulan ramadhan berdasarkan kaidah kita (syafiiyah), karna dipahami dari perkataan kitab majmuk, permasalahan khilaf pada menerima satu orang saksi selama tidak menghukum oleh hakim dengan kesaksian satu orang dan jika tidak maka wajiblah berpuasa dan ijmak ulama tidak runtuh hukum hakim."

Dalam kitab Al fiqh ala mazhahibil arba'ah hal 501 jilid 1 di sebutkan.
ولكن لو حكم بثبوت الهلال بناء على أي طريق في مذهبه وجب الصوم على عموم المسلمين. ولو خالف مذهب البعض منهم. لأن حكم الحاكم يرفع الخلاف
"Akan tetapi jikalau hakim menghukumi dengan sebut hilal karna dibina diatas pendapat dalam mazhab hakim maka wajib berpuasa kepada seluruh muslimin, sekalipun sebagian muslimin berbeda mazhab, karena hukum hakim menghilangkan perselisihan"

Maka masih perlu dipertanyakan hukum apa?? dan hakim siapa yg berhak menghukum??..
Imam al-Qurafi menyampaikan kaidah tersebut dengan penjelasan sebagai berikut:
اعلم أن حكم الحاكم في مسائل الاجتهاد يرفع الخلاف ويرجع المخالف عن مذهبه لمذهب الحاكم وتتغير فتياه بعد الحكم
"Ketahuilah, Sesungguhnya keputusan hakim dalam masalah ijtihadiyah dapat menghilangkan perbedaan pendapat dan orang yang berbeda hendaklah ruju’ dari mazhabnya dengan mengikuti mazhab hakim dan fatwanya berubah sesudah ketetapan hakim."

Sayyed Ali bin Ahmad al-Saqaf, menyebut qaidah tersebut dengan redaksi :
حكم الحاكم يرفع الخلاف في المسائل الخلافية ويصير الأمر متفقا عليه
Artinya : Hukum hakim dapat menghilangkan khilaf dalam masalah khilafiah dan perkara khilafiah tersebut menjadi sebuah hal yang di sepakati"

Al-Ghazali memberi catatan bahwa keputusan hakim dapat menghilangkan perselisihan selama tidak bertentangan dengan dalil qath’i  dan ijma. [ Al-Furuq, Juz II/hal 192]

Dalam kitab sabatul kutub hal 69 disebutkan
من شروط نقض حكم القاضي كون حكم غير المتبحر مخالفا لمعتمد مذهب امامه لأنه لم يرقى عن رتبة المقلد العم.
"Sebagian syarat runtuh/ batal hukum hakim adalah keadaan hukum yg bukan mujtahid berbeda dengan pendapat kuat mazhab imam karna hakim tersebut tidak naik daripada martabat muqallid am."

Dalam bughyatul mustarsyidin hal 8 di jelaskan.
ويجب اتفاقا نقض قضاء القاضى وافتائ المفتى بغير الراجح من مذهبه اذ من يعمل فى فتواه او عمله بكل قول او وجه فى المسئلة ويعمل بما شاء من غير نضر الى ترجيح و لا يتقيد به جاهل خارق للاجماع و لا يجوز للمفتى أن يفتى الجاهل المتمسك بمذهب الشافعي صورة بغير الراجح منه.
"Sepakat wajib naqad/ batal hukum qadhi dan fatwa si mufti dengan selain pendapat kuat dalam mazhab karna orang yg beramal dengan fatwanya dan orang yg beramal dengan setiap qaul atau wajhun pada suatu masalah dan beramal ia dengan pendapat yg ia kendaki daripada ketiadaan melihat kepada penguatan pendapat dan tidak mengkaitkan dengannya itu jahil yang meruntuhkan ijmak. dan tidak boleh bagi mufti berfatwa terhadap orang jahil yg berpegang dengan mazhab syafii akan suatu surah dengan bukan pendapat kuat."

Nash Zarkasyi dalam al-Mantsur fi al-Qawa’id tersebut adalah:
قالوا حكم الحاكم في المسائل المختلف فيها يرفع الخلاف وهذا مقيد بما لا ينقض فيه حكم الحاكم أما ما ينقض فيه فلا
"Berkata mereka ulama: hukum seorang hakim pada masalah khilaf dapat menghilangkan khilaf apabila dihubungkan dengan hukum yg tidak naqad/batal, adapun hukum yang batal maka tidak berlaku hukum hakim."

Diantara hukum yang naqad/batal adalah sebagaimana keterangan dalam kitab tuhfatul muhtaj berikut ini.
حكم غير متبحر بخلاف المعتمد عند أهل المذهب أي: لأنه لم يرتق عن رتبة التقليد وحكم من لا يصلح للقضاء، وإن وافق المعتمد أي: ما لم يكن قاضي ضرورة؛ لما مر أنه ينفذ حكمه بالمعتمد في مذهبه. ونقل القرافي وابن الصلاح الإجماع على أنه لا يجوز الحكم، بخلاف الراجح في المذهب. وبعدم الجواز صرح السبكي في مواضع من فتاويه في الوقف وأطال وجعل ذلك من الحكم، بخلاف ما أنزل الله؛ لأن الله أوجب على المجتهدين أن يأخذوا بالراجح وأوجب على غيرهم تقليدهم فيما يجب عليهم العمل به،
"Hukum2 yg batal/naqad:
1. hukum seseorang yg belum mencapai mujtahid tarjih dengan sebalik pendapat muktamad dalam mazhab, karna ia tidak naik daripada martabat taqlid
2. hukum orang orang yg tidak patut bagi menghukumkan sekalipun cocok dengan pendapat kuat. selama tidak ada qadhi dharurah.karna masalah yg telah lalu, tembus hukum qadhi dharurah dengan pendapat kuat dalam mazhab.
menaqal oleh imam Qurafi dan Ibnu Shilah bahwa ijmak tidak boleh menghukum dengan sebalik pendapat kuat dalam mazhab.
dan dengan ketiadaan boleh telah dijelaskan oleh imam Subki dalam beberapa tempat dalam fatawi nya Subki pada bab waqaf dan ia menjadikan hukum tersebut seperti hukum yg tidak di turunkan oleh allah karna allah mewajibkan kepada mujtahid mengambil dengan pendapat kuat di sisi nya dan mewajibkan kepada muqallid untuk mengikuti mujtahid."

Dalam ghayah wusul di sebutkan.
(فإن خالف) الحكم (نصا او احماعا او قياساجليا) نقض لمخالفته الدليل المذكور (او حكم) حاكم (بخلاف اجتهاده) بأن قلد غيره نقض لمخالفته اجتهاده وامتناع تقليده فيما اجتهد فيه (او) حكم حاكم (بخلاف نص امامه ولم يقلد غيره) من الئئمة (او) قلده و(لم يجز) لمقلد امام تقليد غيره وسيئتي بيان ذلك (نقض) حكمه لمخالفته نص امامه اللذي هو في حقه لالتزامه تقليده كالدليل في حق المجتهد.
"Jika hukum berbeda dengan nash atau ijmak atau qias jali maka naqad/batallah hukum karna berbeda hukum dengan dalil.
Atau menghukum oleh hakim (mujtahid mutlak) dengan sebalik ijtihadnya, dengan bahwa mengikuti ia akan selainnya maka naqad/batal karna berbeda dengan ijtihadnya dan tertegah ia mengikuti orang lain pada hal yg ia ijtihad.
Atau menghukum oleh hakim(bukan mujtahid) dengan sebalik nash imamnya dan ia tidak mengikuti imam yang lain ataupun ia ikuti namun tidak di bolehkan bagi nya mengikuti selain imamnya (selagi akan datang penjelasan tersebut) maka naqad/batal hukum tersebut karna berbeda dengan nash imam nya yang pada haknya (dikarna kemestian mengikuti imam) sama seperti dalil pada hak mujtahid."(ghayah wusul: 149).

Maka dari beberapa nukilan diatas dapat dijelaskan yang bahwa seorang hakim apabila ia belum mencapai tingkat mujtahid tarjih maka ia mesti menetapkan hukum sesuai dengan pendapat yang paling kuat dalam mazhabnya dan dilarang sangat kepada hakim menetapkan hukum dengan pendapat lemah, bahkan apabila di tetapkan juga maka hukum tersebut naqad/ batal dengan sendirinya yang nantinya berujung kepada tidak bisa di berlakukan dan tidak dapat di amalkan terhadap hukum tersebut.
Sedangkan pemerintah INDONESIA melalui kementrian agama dalam menetapkan ramadhan, syawal, zulhijjah menggunakan metode matla' wilayatul hukmi (hanya berlaku untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia) yang mana metode tersebut tidak termasuk dalam pendapat kuat dari mazhab mazhab muktabarah (mazhab yang 4).
karna menurut pendapat jumhur( maliki, hanafi, hambali) apabila terlihat hilal di salah satu belahan dunia maka seluruh dunia mesti mengikutinya. sedangkan pendapat kuat dalam mazhab syafii adalah kemestian mengikuti hanya berlaku terhadap daerah yg bersatu matla' ..
dalam kitab al fiqh ala mazahibil arbaah juz 1 hal 467 di sebutkan.
إذا ثبت رئية الهلال بقطر من الاقطار وجب الصوم على سائر الاقطار، لا قرق بين القريب من جهة الثبوت والبعيد إذا بلغهم من طريق موجب للصوم . ولا عبرة باختلاف مطلع الهلال مطلقا عند ثلاثة من الائمة. و خالف الشافعية.
"Apabila sebut rukyah hilal di suatu daerah dari semua daerah maka wajib berpuasa kepada semua daerah. tidak berbeda di antara yang daerah yg dekat dan yang jauh apabila sampai beritanya dengan jalan yg mewajibkan puasa. dan tidak diiktibar dengan perbedaan matla' hilal di sisi imam yg tiga (hanafi, maliki, hambali). dan syafiiah berbeda pada demikian."

Dalam kitab Al mausuatul fiqhiyah hal 142, juz 23 di sebutkan.
ذَهَبَ الْحَنَفِيَّةُ وَالْمَالِكِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ وَهُوَ قَوْلٌ عِنْدَ الشَّافِعِيَّةِ: إِلَى عَدَمِ اعْتِبَارِ اخْتِلاَفِ الْمَطَالِعِ فِي إِثْبَاتِ شَهْرِ رَمَضَانَ، فَإِذَا ثَبَتَ رُؤْيَةُ هِلاَل رَمَضَانَ فِي بَلَدٍ لَزِمَ الصَّوْمُ جَمِيعَ الْمُسْلِمِينَ فِي جَمِيعِ الْبِلاَدِ
"Berpendapat oleh hanafiyah, malikiyah, dan hanabilah (salah satu pendapat lemah bagi syafiiyah) bahwa tiada iktibar berbeda matla' pada penetapan bulan ramadhan. Apabila telah tetap hilal ramadhan pada suatu negri maka mesti berpuasa sekalian muslimin di seluruh negri"

Sedangkan dalam kitab al mizanul kubra disebutkan juz 2 hal 17.
واتفقوا على انه اذا رئي الهلال فى بلدة قاصية انه يجب الصوم على سائر اهل الدنيا الا ان اصحاب الشافعى صححوا انه يلزم حكمه البلد القريب دون البعيد.
"Sepakat ulama yg bahwa bila terlihat hilal pada negri yang jauh maka wajib lah berpuasa kepada seluruh ahli dunia kecuali para ashab syafii mentashehkan (menguatkan) yg bahwa kewajiban berpuasa hanya kepada negri yang dekat bukan yang jauh."
Dari nash kitab tersebut nampaklah yang bahwa mentri agama RI tidak berpegang kepada pendapat kuat daripada salah satu mazhab yg 4.
bahkan dari fatwa MUI nomor 2 tahun 2004 poin ke 1.(Penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah dilakukan berdasarkan metode ru’yah dan hisab oleh Pemerintah RI cq Menteri Agama dan berlaku secara nasional.) yg bahwa sebenarnya mentri agama melalui konsep matla' wilayatul hukmi mengadopsi salah satu pendapat lemah dalam mazhab syafii. tersebut dalam kitab raudhatut thalibin juz 2 hal 348.
فرع
إذا رئي هلال رمضان في بلد، ولم ير في الآخر، فإن تقارب البلدان، فحكمها حكم البلد الواحد، وإن تباعدا، فوجهان. أصحهما: لا يجب الصوم على أهل البلد الآخر. وفي ضبط البعد ثلاثة أوجه.
أحدها وبه قطع العراقيون والصيدلاني وغيرهم: أن التباعد: أن تختلف المطالع، كالحجاز، والعراق، وخراسان.
والتقارب: أن لا تختلف، كبغداد، والكوفة، والري، وقزوين. والثاني: اعتباره باتحاد الإقليم واختلافه.
والثالث: التباعد مسافة القصر. وبهذا قطع إمام الحرمين، والغزالي، وصاحب «التهذيب» وادعى الإمام الاتفاق عليه قلت: الأصح: هو الأول،.
Artinya: "Apabila terlihat hilal pada satu negri dan tidak terlihat pada negri yang lain maka jika berdekatan dua negri tersebut maka hukum nya seperti satu negri. dan jika berjauhan maka ada 2 (dua) pendapat, pendapat ashah (kuat) tidak wajib berpuasa terhadap negri yg jauh.
dan pada batasan jauh itu ada tiga pendapat.
(1).pendapat yg mengqata' oleh ulama irak, saidalaniy, dan ulama yg lain bahwa jauh tersebut dengan sebab berbeda matla'  seperti hijaz, irak dan khurasan. dan dekat tidak berbeda matla' seperti baghdad, kuffah, arri, dan qazwain.
(2).iktibar dengan bersatu batas wilayah dan berbeda batas wilayah.
(3).jauh dengan jarak qasar shalat.pendapat ini dipilih oleh imam haramain, al ghazali dan saheb tahzib, dan imam mengatakan kesepakatan diatas pendapat tersebut.
AKU KATA(قلت) pendapat ASHAH (kuat) adalah nomor 1(satu)."

Maka sebagai kesimpulan dapat dijelaskan bahwa penetapan awal ramadhan yang di lakukan oleh mentri agama RI tidak berlaku bagi rakyat ACEH apabila rukyah nya terjadi di tempat yang tidak bersatu matla' dengan daerah ACEH, karena tidak ada satupun pendapat kuat dalam mazhab muktabarah yang berpendapat seperti konsep yang ditetapkan mentri agama RI (konsep matla' wilayatul hukmi).

Sebagai penutup ada baiknya kami nukilkan perkataan syaikhul islam syeikh muhammad syaubari dalam kitab bujairimi juz 2 hal 68.
ترائ هلال شهر رمضان من فروض الكفاية و كذا بقية الاهلة لما يترتب عليها من الاحكام الكثيرة.
"Melihat hilal bulan ramadhan adalah fardhu kifayah dan sedemikian juga bulan bulan yang lain karna keterkaitan dengan kebanyakan hukum terhadapnya."

والله أعلم بالصواب.
Ref:
-Kitab ianatutthalibin.
-Kitab bughyatulmustarsyidin
-Kitab tuhfatul muhtaj
-Kitab hasyiah bujairimi ala syarhil minhaj thulab
-Kitab alfiqh ala mazhahibil arbaah
-Kitab almizanul kubra
-Kitab raudhatutthalibin
-Kitab ghayah alwusul
-Kitab sabatul kutub
-www.kitabkuneng.com
-Fatwa MUI no 2 tahun 2004
-Dll
نتعاون على ما نتفق عليه، ويعذر بعضنابعضا فيما نختلف فيه.
والسلام.

0 Response to "Aceh Tidak Mesti Ikut Menag Tentang Puasa dst ?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel