Siapa Teungku Dianjong Habib Abu Bakar Bil Faqih

Biografi Manaqib Teungku di Anjong
Habib Abubakar Bilfaqieh

Teungku di Anjong adalah ulama kalangan Habaib yang berasal dari Yaman Hadramaut, nama aslinya al-Habib Abubakar bin Husein Bilfaqih, beliau datang ke Aceh berdakwah atas perintah langsung dari Nabi Muhammad SAW, dan beliau berguru kepada murid Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad (Sohibur Ratib), yaitu al-imam Allamatud Dunya Habib Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih di Tarim Hadramaut.

Karomah Tengku di Anjong sangat banyak, sebagai seorang Ahli Sufi, beliau pernah merubah pasir menjadi emas dan perak, benda-benda berharga itu digunakan Raja Aceh untuk melunaskan hutangnya yang pada saat itu Raja meminta tolong kepada Habib Abubakar Bilfaqih.

Karomah lainnya yaitu kubah makam beliau tidak hancur karna terjangan air tsunami yang melanda Aceh, sedangkan disekeliling rumah-rumah penduduk sudah rata dengan tanah. Subhanallah.

Habib Abubakar Bilfaqih lebih dikenal di Aceh dengan panggilan setempat yaitu Tengku di Anjong. Nama panggilan ini, karna beliau tinggal di Anjongan, yaitu teras rumah mertua beliau yang ada di Ulee Kareng, beliau menikahi putri seorang keturunan Raja/Ulee balang Aceh. Setelah wafat istri tersebut, Tengku di Anjong menikah lagi dengan Syarifah Fatimah al-Aidid, kuburan as-Syarifah Fatimah tepat disamping kuburan Teungku di Anjong.

Keulamaan Teungku di Anjong.
Setelah masa Syiah Kuala Syekh Abdurrauf bin Ali as-Singkili yang menjabat sebagai Syaikhul Islam dan Mufti kerajaan Aceh, datanglah masa selanjutnya Teungku di Anjong sebagai da'i yang ada didaerah kerajaan Sultan Iskandar Muda itu, dikota Banda Aceh yang sekarang disebut. Beliau Teungku di Anjong, menjadi ulama rujukan masyarakat, pengaruh beliau sampai diluarkota Banda Aceh, beliau juga dikenal sampai ke Aceh Sigli, disana ada tanah wakaf beliau dan dibuat pesantren ditanah tersebut.

Kemudian dalam hal keulamaan beliau meneruskan perjuangan Abu Syiah Kuala, dalam usaha mengatur sistem kerajaan Aceh, supaya keadaannya kondusif, sehingga sejalan dengan ruh islam yang menjunjung kepatuhan kepada Allah SWT dan RasulNya, yang mana Aceh sangat kental menjalankan hukum islam atau istilah lain bersyariat islam. Untuk itu tugas yang diemban Teungku di Anjong sebagai ulama yang merakyat, dalam hal membimbing umat, tulus ikhlas tidak untuk dipuji, beliau juga berbakti kepada negara dengan memberi pengarahan-pengarahan kepada kesultanan Aceh, agar Sultan mampu menjalankan kepemerintahannya yang berdasarkan syariat Islam yang suci. Dari sini sangat pantas beliau bergelar Mufti sebagaimana Syeikh Abdurrauf as-Singkili.

Didalam sejarahnya, Tengku di Anjong dikenal juga sebagai pengamal kitab Bidayatul Hidayah bersama sama teman-temannya, sehingga mengantarkan beliau untuk bertemu secara yaqazah sadar bersama datuknya Pemimpin Seluruh Alam semesta Sayiduna Rasulullah Muhammad SAW di Mesjid Nabawi Madinah. Al-Habib Zein bin Ibrahim bin Smith didalam kitabnya Manhajus sawi menjelaskan tentang hal ini : "Adalah para ulama Salaf Kami 3 orang, yaitu Habib Abdurrahman Alaydrus, Habib Syekh Aljufri dan Habib Abubakar bin Husein Bilfaqih menyempurnakan janjinya mengamalkan kitab Bidayah al-Hidayah hingga mereka berkumpul secara sadar dengan Nabi Muhammad SAW."

Kita kadang bertanya? Mengapa hanya mengamalkan kitab yang ringkas seperti Bidayatul Hidayah, bisa bertemu secara Sadar dengan Nabi SAW???

Menurut penjelasan Habib Segaf Baharun, bahwa kitab itu berisi Sunnah-sunnah Rasulullah SAW secara sempurna, sehingga dengan mengamalkan sunnah, seseorang bisa terbuka hijab untuk sampai kehadirat Nabi Muhammad SAW. Dan faktor lainnya yaitu yang mengamalkan kitab Bidayatul Hidayah ini adalah para keturunan Baginda Rasul, mereka adalah orang yg sangat cepat dalam mencapai maqam-maqam tinggi, sebagaimana penjelasan tentang hal ini adalah perkataan Habib Abdurrahman Assegaf: "Anak-anak kami itu seperti orang yg mencari air didekat sumber air, mudah. Sedangkan selain kami, seperti orang yang mencari air tetapi dia diatas bukit, dia mesti mencangkul/mengorek bukit untuk mendapatkan air, begitu susah"... Faktor ini juga sebab mengapa hanya kitab kecil, tapi mereka bisa sampai dengan mudah kehadirat baginda Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Aalihi wasallam.

Melihat Rasulullah saw adalah anugrah besar, Nabi Muhammad Saw, bersabda :
(Thuba man ra aniy) sungguh beruntung orang yang pernah melihat aku, dan melihat orang yg pernah melihat aku. Siapa melihat aku dan orang yg pernah liat aku, sampai hari kiamat (sanad penglihatan
itu), niscaya masuk Surga.

Hadits tersebut, pernah disebutkan oleh, Habib Agil Baraqbah palembang, dan Syaikh Nuruddin Albanjari.

Tradisi para Habaib yaitu melakukan ziarah. Disebutkan bahwa tradisi orang-orang mulia (ulama) adalah sebaik-baik tradisi (kalam Sayid Muhammad bin Alwi al-Maliki).

Sejak lama maqbarah Teungku di Anjong dikunjungi. Banyak dari kalangan para Habaib, Teungku ulama Aceh dan masyarakat umum. Diantara yang menziarahi beliau yaitu:
- Al-Habib Salim bin Abdullah Asy-Syatiri (pimpinan pesantren Rubath Tarim)
- Syaikh Abu Ibrahim Woyla (wali Allah madzjub di Melaboh)
- Al-Habib Umar bin Hafidz ( pimpinan pesantren Darul Mustofa Tarim)
- Habib Kazhim Assegaf ( Da'i dan pengajar di pesantren Darul Mustofa)
- Habib Nabil bin Fuad al-Musawa ( abang Habib Mundzir al-Musawa MR)
- Habib Abdullah Baharun (guru Buya Yahya)
- Waled Nuzahri (pimpinan Dayah Ammu Aiman Samalanga Aceh)
- Waled Ibrahim Ulee titi (pimpinan dayah wanita ulee titi Banda Aceh)
-  Tu Bulqaini Tanjongan (markaz thaliban)
- Abiya Muhammad Hatta (pimpinan Dayah
- Syaikh Umar Al-Khotib (Dewan Mufti Tarim)
- Habib Segaf Baharun (pimpinan pesantren Dalwa Jawa timur)
- Habib Ali Zainal Abidin al-Hamid Malaysia Majelis Darul Murtadza
- Habib Muhammad bin Sholeh Alatas (pimpinan pesantren Alatas di Huraidhah)
- Habib Muhammad Alatas Simpang Ulim
- Habib Alwi bin Abdullah Alaydrus (pimpinan pesantren An-Nafi' Tarim)
- Habib Abdul Haris Alaydrus, Majelis Annur
- Habib Jindan bin Novel bin Jindan Alfachriyah Tanggerang
- Habib Ahmad bin Novel bin Jindan Alfachriyah Tanggerang
- Habib Novel bin Muhammad Alaydrus majelis Ar-Raudah Solo
- Habib Abdullah Al-Muhdor Pasuruan
- Syaikh Baba Ismail Sepanjang Al-Fathoni

Paling sedikit yang diberikan kepada mereka yang menziarahi seorang wali. Baik hidup maupun mati. Adalah diampuni dosanya. Dan yang paling besar bisa diperoleh adalah sang wali akan memberi maqam-nya. (al-Imam Al-qutub Habib Abubakar bin Abdullah Alattas)

Tengku di Anjong wafat dalam keadaan yang diridhoi oleh Allah dan RasulNya, yaitu pada bulan suci Ramadhan, tanggal 14, dan rakyat Aceh beserta para sayid Aceh mengadakan Haulnya pada bulan Ramadhan, rangkaian acara saat Haul yaitu membaca yasin untuk beliau, membaca ratib, membaca manaqib, memberi nasehat (tausiyah), memberi santunan kepada anak yatim, dan memberi sedekah makanan kuah kambing.

Gerakan dakwah dimesjid Tengku di Anjong, dibimbing oleh Habib Haris bin Soleh Alaydrus, murid Habib Umar bin Hafidz, yaitu mengadakan majelis maulid dhiyaul lami' karangan Habib Umar dan pembacaan kitab fiqih dimesjid Tengku di Anjong setiap malam jum'at bakda isya... Adapun pengajian di kubah makam Tengku di Anjong diadakan pembacaan kitab oleh Syaikh Abu Ghafar Lhoknga, setelah beliau wafat digantikan oleh anaknya Tengku Fuadi, yaitu pengajian kitab setiap malam minggu. Dan setiap selasa sore diadakan pembacaan Hadrah Basaudan oleh al-Habib Haris Alaydrus dikubah makam Tengku di Anjong. Tidak jauh dari mesjid Tengku di Anjong, selang 10 rumah, dimeunasah kampong jawa, diadakan pengajian kitab Sabilal Muhtadin karangan Mufti Banjar, rutin setiap malam senin, oleh Singa Aswaja, Allah yarham almukarram almursyid Abon Seulimum Tengku Haji Mukhtar Luthfi bin Tengku Abu Wahhab, setelah Abon wafat digantikan oleh muridnya Abana.

Nasab Tengku di Anjong. Al-imam Al-Habib Abubakar bin Husein bin Umar bin Abubakar bin Ahmad bin Abdurrahman Bilfaqih bin Muhammad bin Abdurrahman al-Asqo' bin Abdullah bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad as-Syahid bin Imam Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali Ba'Alawi terus hingga bersambung kepada Sayidil Mursalin Nabiyuna Muhammad SAW.

Tengku di Anjong tidak ada foto atau gambarnya. Karna masa beliau belum ada alat foto. Semoga kita dapat manfaat dari beliau, bisa meneladaninya, dan kita berharap mendapat syafa'atnya hingga kita satu barisan ketika beliau kelak masuk surga. Aamin aamiin ya rabbal 'Alamin.

Kalam Sufi imam Abdullah at-Tusturi : "Sungguh beruntung orang yang memperkenalkan diri kepada para Wali, karena memperkenalkan diri pada mereka dapat menutupi kekurangan ibadah dimasa lalu, atau mereka dapat memberi syafa'at bagi orang itu dihadapan Allah SWT, karena mereka adalah orang-orang mulia." (Syarah Ainiyah, Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi)

Source : group wa

0 Response to "Siapa Teungku Dianjong Habib Abu Bakar Bil Faqih"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel