Tahlil La Ilaha Illallah
LA ILAHA ILLALLAH
Oleh Tgk. Nawawi Hakimis
Pimpinan Dayah Nihayatul Muhtaj,
Aceh Barat Daya
Ashaffat 37 : 35
إِنَّهُم كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ
لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ يَسْتَكْبِرُونَ {35}
35.
Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha
illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka
menyombongkan diri,
Muhammad 47 : 19
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لآإِلَهَ إِلاَّاللهُ
وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللهُ يَعْلَمُ
مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ {19}
19.
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain
Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin,
laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat
kamu tinggal.
Thaha 20 : 8
اللهُ لآَإِلَهَ إِلاَّهُوَ لَهُ
اْلأَسْمَآءُ الْحُسْنَى {8}
8.
Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia
mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang baik),
Thaha 20 : 14
إِنَّنِى أَنَا اللهُ لآإِلَهَ إِلآأَنَا
فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلاَةَ لِذِكْرِي {14}
14.
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.
Dalam bahasa Arab, kata (ilah
/اله) adalah isim mashdar dalam arti
isim maf’ul, yaitu (ma’luh/مألوه ) yang mempunyai arti معبود / ma’bud
(yang disembah/diibadahi) baik secara batil (salah) maupun secara hak (benar).
Yang diibadhai secara batil termasuk di antaranya adalah jin, malaikat,
matahari, bulan, bintang, berhala, manusia dan hawa nafsu.
Syarat-syarat لااله الا الله
Syarat adalah sesuatu yang tanpa
keberadaannya, maka yang disyaratkan itu menjadi tidak sempurna atau tidak
dapat terealisasi. Maka syarat laa ilaaha illallah adalah sesuatu yang
tanpa keberadaannya, maka la a ilaaha illallah itu dianggap tidak sah.
Syarat kalimat tauhid itu ada tujuh, ia tidak akan
bermanfaat kecuali ketujuh syarat tersebut terpenuhi. (Syarah al-Ushul
ats-Tsalatsah, Syaikh Shalih al-Fauzan, hal. 134)
Ketujuh syarat tersebut terkumpul dalam dalam sebuah bait
syair berikut ini:
عِلْمٌ يَقِيْنٌ وَإِخْلاَصٌ وَصِدْقُكَ * مَعَ مَحَبَّةٍ وَانْقِيَادٍ وَالْقَبُوْلِ لَهَا
Yaitu Ilmu, yakin, ikhlas, jujur (tulus), cinta, tunduk,
dan menerimanya
Sebagian ulama menambahkan satu syarat lagi sehingga
jumlahnya menjadi delapan. Dalam sebuah bait syair disebutkan:
وَزِيْدَ ثَامِنُهَا الْكُفْرَانُ مِنْكَ بِمَا * سِوَى الإِلَهِ مِنَ الأَنْدَادِ قَدْ أُلِهَا
Ditambah syarat kedelapan yakni engkau kufur dengan
tuhan-tuhan yang diagungkan selain Tuhan yang Esa
Dan syaratnya laa ilaaha illallah
itu ada tujuh :
1.
Al-‘Ilmu
( mengetahui makna laa ilaaha illallah ), yang
menafikan al-jahl (kebodohan).
2.
Al-Yaqin
(meyakini makna laa ilaaha illallah ), yang menafikan asy-syakk
(keraguan).
3.
Al-Ikhlash
( memurnikan ibadah kepada Allah ), yang menafikan asy-syirk
(kemusyrikan).
4.
Ash-Shidqu
/Kejujuran (Sesuainya lahir dan batin ), yang menafikan an-nifaq
(kemunafikan).
5.
Al-Mahabbah
(cinta ), yang menafikan al-bughdhu (kebencian).
6.
Al-Inqiyaad
(ketundukan), yang menafikan at-tark
(meninggalkan).
7.
Al-Qabul
(penerimaan ), yang menafikan ar-rodd (penolakan)
Sebenarnya berdzikir dengan kalimat tauhid ini tidak hanya
dianjurkan kepada umat Muhammad saw saja, tetapi juga umat para nabi terdahulu.
Sebuah cerita menggambarkan hal ini diriwayatkan dari Wahab bin Manbah.
عن وهب بن منبه رضي الله عنه قال قرأت في آخر
زبور داود عليه الصلاة والسلام ثلاثين سطرا يا داود هل تدرى أي المؤمنين أحب إلى
أن أطيل حياته الذي إذا قال لا إله إلا الله اقشعر جلده وإني أكره لذلك الموت كما
تكره الوالدة لولدها ولابد له منه انى أريد ان أسره في دار سوى هذه الدار فان
نعيمها بلاء ورخاءها شدة فيها عدولا يألوهم خبالا يجرى منهم مجرى الدم من أجل ذلك
عجلت أوليائي إلى الجنة لولا ذلك لما مات أدم عليه السلام وولده حتى ينفخ
Diriwayatkan dari Wahab bin Manbah bahwa dia
pernah berkata “aku telah membaca tiga puluh baris terakhir dari kitab zaburnya
Nabi Daud as. (di dalamnya diterangkan) Allah berfirman kepada Nabi Daud
“apakah kau tahu orang mukmin yang paling aku inginkan untuk ku panjangkan
umurnya?” Nabi Dawud menjawab “tidak tahu”.
Kemudian Allah menjelaskan “yaitu orang mu’min yang jika membaca kalimat tauhid akan merinding bulu-bulanya. Dan aku sangat membenci (tidak ingnkan) orang mu’min seperti itu lekas mati, seperti orang tua yang tidak rela anaknya mati. Sesungguhnya aku ingin sekali menyenangkannya di rumah yang bukan rumah ini (fana = dunia). Karena kenikmatan di dunia ini merupakan cobaan, dan kemewahan-kemewahan itu hanyalah kesengsaraan. Di samping itu di dunia banyak musuh yang mondar-mandir terus mengalir menyelebunginya seperti aliran darah yang mengajak pada kerusakan.
Oleh karena itu aku segerakan mereka para kekasihku (mati lalu) masuk ke surgaku. Andaikata tidak demikian, niscaya tidak akan mati Nabi adam dan anak cucunya hingga ditiupnya sangka kala.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ وَأَبِي
هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ
اللَّهَ اصْطَفَى مِنْ الْكَلَامِ أَرْبَعًا سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ فَمَنْ قَالَ سُبْحَانَ
اللَّهِ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ عِشْرِينَ حَسَنَةً أَوْ حَطَّ عَنْهُ عِشْرِينَ
سَيِّئَةً وَمَنْ قَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ فَمِثْلُ ذَلِكَ وَمَنْ قَالَ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ فَمِثْلُ ذَلِكَ وَمَنْ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ كُتِبَتْ لَهُ ثَلَاثُونَ حَسَنَةً وَحُطَّ
عَنْهُ ثَلَاثُونَ سَيِّئَةً
Dari Abu Sa’id Al Khudri dan Abu Hurairah; Bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allâh
telah memilih empat perkataan: SUBAHAANALLAAH (Maha suci Allâh) dan
ALHAMDULILLAAH (segala puji bagi Allâh) dan LAA ILAAHA ILLA Allâh (Tidak ada
tuhan yang berhak disembah selain Allâh) dan ALLAAHU AKBAR (Allah maha besar). Barangsiapa mengucapkan; subhaanallah, maka Allâh akan
menulis dua puluh kebaikan baginya dan menggugurkan dua puluh dosa darinya, dan
barangsiapa mengucapkan; Allâhu Akbar, maka Allâh akan menulis seperti itu
juga, dan barangsiapa mengucapkan; laa Ilaaha illa Allâh, maka akan seperti itu
juga, dan barangsiapa mengucapkan Alhamdulillahi Rabbil ‘aalamiin dari relung
hatinya maka Allâh akan menulis tiga puluh kebaikan untuknya dan digugurkan
tiga puluh dosa darinya.” HR Ahmad 7670, shahih.
جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلَّهِ
Jabir bin ‘Abdullah radhillahu ‘anhuma berkata;
saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sebaik-baik dzikir adalah LAA ILAAHA ILLALLAAH (Tidak ada tuhan yang berhak
disembah kecuali Allâh) dan sebaik-baik doa adalah AL HAMDULILLAAHI (Segala
puji bagi Allâh).” HR Tarmidzi 3305, shahih.
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ
عَنْ جَدِّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُ
الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ
مِنْ قَبْلِي لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ
وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dari ‘Amru bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik do’a adalah
do’a pada hari ‘Arafah dan sebaik-baik apa yang aku dan para Nabi sebelumku
katakan adalah “LAA ILAAHA ILLALLAHU WAHDAHUU LAA SYARIIKALAHU LAHUL MULKU
WALAHUL HAMDU WAHUWA ‘ALAA KULLI SYAI’IN QADIIR (Tiada tuhan melainkan Allâh
semata dan tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya lah segala kerajaan dan pujian dan
Dialah Maha menguasai atas segala sesuatu).” HR
Tarmidzi 3509, shahih.
عَنْ الْأَغَرِّ أَبِي مُسْلِمٍ أَنَّهُ
شَهِدَ عَلَى أَبِي هُرَيْرَةَ وَأَبِي سَعِيدٍ أَنَّهُمَا شَهِدَا عَلَى رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَالَ الْعَبْدُ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ قَالَ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ صَدَقَ
عَبْدِي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا وَأَنَا أَكْبَرُ وَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ قَالَ صَدَقَ عَبْدِي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا
وَحْدِي وَإِذَا قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ لَا شَرِيكَ لَهُ قَالَ صَدَقَ
عَبْدِي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا وَلَا شَرِيكَ لِي وَإِذَا قَالَ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ قَالَ صَدَقَ عَبْدِي لَا إِلَهَ
إِلَّا أَنَا لِي الْمُلْكُ وَلِيَ الْحَمْدُ وَإِذَا قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ قَالَ صَدَقَ عَبْدِي لَا
إِلَهَ إِلَّا أَنَا وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِي. (ثُمَّ قَالَ
الْأَغَرُّ: مَنْ رُزِقَهُنَّ عِنْدَ مَوْتِهِ لَمْ تَمَسَّهُ النَّارُ)
Dari Al-Agharr Abu Muslim bahwa dia menyaksikan Abu
Hurairah dan Abu Sa’id bahwa keduanya menyaksikan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila seorang hamba mengucapkan; “Tidak
ada tuhan yang berhaq disembah kecuali Allâh dan Allâh Maha Besar“. Beliau bersabda: Maka Allâh ‘Azza wa Jalla
menjawab: “Hamba-Ku benar, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Aku,
dan Aku Maha Besar”. Dan apabila seorang hamba mengucapkan; “Tidak ada tuhan
yang berhak disembah kecuali Allâh satu-satunya.” Maka Allâh menjawab:
“Hamba-Ku benar, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Aku
satu-satunya.” Dan apabila seorang hamba mengucapkan; “Tidak ada tuhan yang
berhak disembah kecuali Allâh yang tidak ada sekutu bagi-Nya.” Maka Allâh
menjawab: “Hamba-Ku benar, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Aku
yang tidak ada sekutu bagi-Ku.” Dan apabila seorang hamba mengucapkan; “Tidak
ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allâh yang milik-Nya seluruh kerajaan
dan bagi-Nya segala pujian.” Maka Allâh menjawab: “Hambaku benar, tidak ada
tuhan yang berhak disembah kecuali Aku yang milik-Ku segala kerajaan dan
bagi-Ku segala pujian.” Dan apabila seorang hamba mengucapkan; “Tidak ada
tuhan yang berhak disembah kecuali Allâh dan tidak ada daya dan upaya kecuali
dengan kehendak Allâh.” Maka Allâh menjawab: “Hamba-Ku benar, tidak ada
tuhan yang berhak disembah kecuali Aku dan tidak ada daya dan upaya kecuali
dengan kehendak-Ku.”
“Kemudian al Agharr berkata, “Siapapun diberikan rizki
dengan semua itu ketika meninggalnya, maka dia tidak akan tersentuh neraka.” HR
Ibnu Majah 3784, shahih.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قِيلَ
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا
أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ
مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ أَسْعَدُ النَّاسِ
بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
Dari Abu Hurairah, bahwa dia berkata: ditanyakan (kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah siapakah
orang yang paling berbahagia dengan syafa’atmu pada hari kiamat?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:
“Aku telah menduga wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada orang yang mendahuluimu
dalam menanyakan masalah ini, karena aku lihat betapa perhatian dirimu terhadap
hadits. Orang yang paling berbahagia dengan syafa’atku pada hari kiamat adalah
orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlas dari hatinya atau
jiwanya”. HR Bukhari 97.
فَإِنَّ اللَّهَ
قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ يَبْتَغِيْ
بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ.
“Sesungguhnya
Allah mengharamkan neraka bagi orang yang berucap la ilaha illallah dengannya
ia mengharap wajah Allah.” (HR.
Muslim)
Berikut penjelasan atas masuknya
‘aqaid 50 dalam kalimat tahlil:[1]
Kalimat LA.
Dalam kalimat ini masuklah lima
Sifat yaitu :
1.
ﻭﺟﻮﺩ (wujud)
2.
ﻗﺪﻡ (Qidam/Qadim)
3.
ﺑﻘﺎﺀ (Baqa’)
4.
ﻣﺨﺎﻟﻔﺘﻪ ﻟﻠﺤﻮﺍﺩﺙ (Mukhalafatuhu Lil Hawadits)
5.
ﻗﻴﺎﻣﻪ ﺑﻨﻔﺴﻪ (Qiyamuhu Bi Nafsihi)
Kalimat ILAHA.
Dalam kalimat ini masuklah enam buah
sifat yaitu:
1.
ﺳﻤﻊ (Sama’)
2.
ﺑﺼﺮ (Bashar)
3.
ﻛﻼﻡ (Kalam)
4. ﺳﻤﻴـع (Sami’un)
5. ﺑﺼﻴﺭ (Bashirun)
6. ﻣﺘﻜﻠـم (Mutakallimun)
Kalimat ILLA.[2]
Dalam kalimat ini masuklah empat
buah sifat yaitu:
1. ﺣـي (Hayyun)
2. ﻋﺎلم ( ‘Alimun)
3. ﻗﺎﺩﺭ (Qadirun)
4. ﻣﺮﻳﺪ (Muridun)
Kalimat ALLAH.[3]
Dalam kalimat ini masuklah lima buah
sifat yaitu:
1.
ﺣﻴﺎﺓ (Hayyat)
2.
ﻋﻠﻢ (‘Ilmu)
3. ﻗﺪﺭﺓ (Qudrah)
4. ﺇﺭﺍﺩﺓ (Iradah)
5. ﻭﺣﺪﺍﻧﻴﺔ (Wahdaniyah)
Kalimat La Ilaha Illallah (لا إله إلا الله) bermakna Laa Ma'buuda bi Haqqin (لامعبود
بحق), yakni tidak
ada yang patut disembah dengan sebenarnya. Maka difahami bahwa Tuhan Yang patut
disembah dengan sebenarnya itu mesti:
مستغني
عن كل ما سواه و مفتقر اليه كل ما عداه
"Mustaghniyun 'ankulli maa
siwaahu Wamuftaqirun ilaihi kullu maa 'adaahu" (Tidak berhajat kepada
segala sesuatu yang selain Nya, dan Bahwa segala sesuatu yang selain Nya itulah
yang senantiasa berhajat kepada Nya)
[1] Saduran
Tanwirul Anwar Fi Izhhari Khalali Ma Fi Kasyfil Asrar Oleh Syaikh Haji Muhammad
Wali Al Khalidy, Cet. Taufiqiyah Sa’adah, Aceh, ttt. Hal. 24
[2] Didapatkan
dalam tulisan tangan Tgk. Angkasah, Panton Pawoh, Labuhan Haji Barat, Aceh
Selatan hal. 28, Dalam kalimat ini masuklah empat
buah sifat yaitu: ﻗﺪﺭﺓ (Qudrah), ﺇﺭﺍﺩﺓ (Iradah), ﻋﻠﻢ (‘Ilmu), ﺣﻴﺎﺓ (Hayyat).
[3] Didapatkan
dalam tulisan tangan Tgk. Angkasah, Panton Pawoh, Labuhan Haji Barat, Aceh
Selatan Hal. 28, Dalam kalimat ini masuklah lima buah
sifat yaitu: ﻭﺣﺪﺍﻧﻴﺔ (Wahdaniyah), ﻛﻮﻧﻪ
ﻗﺎﺩﺭﺍ (Kaunuhu Qadiran), ﻛﻮﻧﻪ ﻣﺮﻳﺪﺍ (Kaunuhu
Muridan), ﻛﻮﻧﻪ ﻋﺎﻟﻤﺎ (Kaunuhu ‘Aliman), ﻛﻮﻧﻪ ﺣﻴﺎ (Kaunuhu
Hayyan)
0 Response to "Tahlil La Ilaha Illallah"
Posting Komentar