Makalah Tafsir Ilmu tafsir
PADA
A
C
A
R
A
PKU (PELATIHAN KADER ULAMA)
YANG DILAKSANAKAN OLEH
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA
KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
09, 10, 11 AGUSTUS 2017
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله وحده ، والصلاة والسلام على من لا نبي بعده .. أشهد ان لااله الا الله وأشهد أن محمدا رسول الله. وبعد
Pengertian Tafsir dan Ilmu Tafsir
1. Pengertian tafsir
Secara etimologi, tafsir berarti
Ø
menerangkan
(التبيين),
Ø
menampakan
(الاظهار),
Ø
menyibak
(الكشف) dan
Ø
merinci
(التفصيل).
Tafsir berasal dari mashdar dari wazan (تفعيل). Kata tafsir diambil dari bahasa arab yaitu
فسّر, يفسّر, تفسيرا
yang artinya menjelaskan.
Pengertian inilah yang dimaksud di
dalam lisan al arab dengan كشف الـمغطى (membuka sesuatu yang tertutup).
فسر: الفَسْرُ: البـيان. فَسَر الشيءَ
يفسِرُه، بالكَسر، وتَفْسُرُه، بالضم، فَسْراً وفَسَّرَهُ: أَبانه، والتَّفْسيرُ
مثله. ابن الأَعرابي:
التَّفْسيرُ
والتأْويل والمعنى واحد. وقوله عز وجل: وأَحْسَنَ تَفْسيراً؛
الفَسْرُ:
كشف المُغَطّى، والتَّفْسير كَشف المُراد عن اللفظ المُشْكل،([1])
Pengertian tafsir secara bahasa
ditulis oleh Ibnu Mahdzur ialah membuka dan menjelaskan maksud yang sukar dari
suatu lafaz. Pengertian ini pulalah yang diistilahkan oleh para ulama tafsir
dengan ايضاح
والتبـيـين ( menjelaskan
dan menerangkan ).
Di dalam kamus bahasa indonesia kata
“tafsir” diartikan dengan keterangan atau penjelasan tentang ayat-ayat
Al-Qur’an agar maksudnya lebih mudah dipahami.([2])
Sedangkan tafsir secara istilah
terdapat beberapa pendapat para ulama tafsir, antara lain :
Pendapat Abd al-Azhim al-Zarqani
dalam Manahil al-'Irfan fi 'Ulum al-Qur`an mengatakan:
والتفسير في الاصطلاح علم يبحث فيه عن القرآن الكريم من حيث دلالته على مراد الله تعالى بقدر الطاقة البشرية. ([3])
"ilmu yang membahas tentang
al-Qur`an dari segi dilalah-nya berdasarkan maksud yang dikehendaki oleh Allah
sebatas kemampuan manusia"
Dalam al-Mu'jam al-Wasîth disebutkan
bahwa tafsir al-Qur`an adalah:
(التفسير) الشرح والبـيان وتفسير القرآن من العلوم الإسلامية يقصد منه توضيح معاني القرآن الكريم وما انطوت عليه آياته من عقائد وأسرار وحكم وأحكام.([4])
"Penjelasan makna al-Qur`an dan
menghasilkan kaidah-kaidah, rahasia-rahasia, hikmah-hikmah dan hukum-hukum dari
ayatnya."
Macam-macam Tafsir
Ath-Thabari meriwayatkan dengan sanadnya kepada Ibnu Abbas, ia mengatakan bahwa ada empat macam tafsir.
1. Tafsir yang pertama adalah Tafsir yang diketahui oleh
orang arab dari kalamnya. Al-qur’an diturunkan dengan bahasa arab, dan ia datang
dengan bahasa yang mereka pakai, dari hakikat, majaz, sharih, kinayah dan
sebagainya.
2. Tafsir yang kedua Tafsir yang tidak seorang pun dimaafkan
atas ketidaktahuannya. Maksudnya adalah makna yang amat jelas, sehingga
langsung difahami oleh akal manusia, tanpa perlu memusatkan pikiran dan memeras
otak. Dapat juga dikatakan yang berkenaan dengan dasar-dasar agama. Sehingga
tidak seorang pun dimaafkan akan ketidaktahuaanya.
3. Tafsir yang ketiga adalah Tafsir yang diketahui
oleh ulama, yang membutuhkan penyimpulan, pengkajian dan pengetahuan akan
ilmu-ilmu yang lain. Sehingga Ia menarik yang mutlak atas yang muqayyad, yang
Aam dan Khas, dan memilih kemungkinan yang dikuatkan oleh penguat tertentu dan
sebagainya.
4. Tafsir yang keempat adalah tafsir yang hanya diketahui
oleh Allah SWT. Misalnya, tentang perkara-perkara yang ghaib, yang hakikatnya
seperti alam barzah, masalah akhirat, malaikat, arsy, dan terjadinya hari
kiamat.
Pengertian ilmu tafsir
Ilmu tafsir secara Etimologi yaitu : Penjelasan, pengungkapan, dan penjabaran kata yang samar. Secara Terminologi : penjelasan terhadap kalamullah, / lafadz-lafadz Alqur’an dan pemahamannya. Secara Umum Ilmu Tafsir Yaitu : ilmu yang bekerja untuk mengetahui arti dan maksud dari ayat-ayat al qur’an.
Tujuan dari mempelajari tafsir, ialah : memahamkan makna-makna Al-Qur’an, hukum-hukumnya, hikmat-hikmatnya, akhlaq-akhlaqnya, dan petunjuk-petunjuknya yang lain untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Maka dengan demikian nyatalah bahwa,
faidah yang kita dapati dalam mempelajari tafsir ialah : “terpelihara dari salah
dalam memahami Al-Qur’an”
Ilmu tafsir merupakan ilmu yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya dan luas cakupannya. Paling mulia, karena kemulian sebuah ilmu itu berkaitan dengan materi yang dipelajarinya.
Sedangkan ruang lingkup pembahasan
ilmu tafsir berkaitan dengan Kalamullah yang merupakan petunjuk dan pembeda
dari yang haq dan bathil. Dikatakan paling luas cakupannya, karena seorang ahli
tafsir membahas berbagai macam disiplin ilmu, dia terkadang membahas
akidah, fiqih, dan akhlak. Di samping itu, tidak mungkin seseorang dapat
memetik pelajaran dari ayat-ayat Al-Qur’an, kecuali dengan mengetahui
makna-maknanya.
Ilmu Tafsir memiliki beberapa metode
:
للمفسرين في التفسير أساليب أربعة هي:
- التفسير التحليلي: وهو الأسلوب الذي يتتبع([5]) فيه المفسر الآيات حسب ترتيب المصحف سواء تناول جملة من الآيات متـتابعة أو سورة كاملة أو القرآن الكريم كله، ويبين ما يتعلق بكل آية من معاني ألفاظها، ووجوه البلاغة فيها وأسباب نـزولها وأحكامها ومعناها ونحو ذلك.
- التفسير الإجمالي: وهو الأسلوب الذي يَعْمَد فيه المفسر إلى الآيات القرآنية حسب ترتيب المصحف فيـبين معاني الجمل فيها متتبعاً ما ترمي إليه الجمل من أهداف ويصوغ ذلك بعبارات من ألفاظه ليسهل فهمها وتتضح مقاصدها.
- التفسير المقارن: وهو الأسلوب الذي يَعمد المفسر فيه المفسر إلى الآية أو الآيات فيجمع ما حول موضوعها من نصوص سواء كانت نصوصاً قرآنية أخرى، أو نصوصاً نبوية (أحاديث)، أو للصحابة، أو للتابعين، أو للمفسرين، أو الكتب السماوية الأخرى، ثم يُقارن بين الآراء، ويستـعرض الأدلة، ويـبـين الراجح وينقض المرجوح.
- التفسير الموضوعي: وهو أسلوب لا يُفَسِّر فيه صاحبه الآيات القرآنية حسب ترتيب المصحف بل يجمع الآيات التي تتحدث عن قضية أو موضوع واحد فيفسرها.
1.
Metode
Tahlili (analitik)
2.
Metode
Ijmali (global)
3.
Metode
Muqarran
4.
Metode
Maudhu’i (tematik)
1. Metode Tahlili (analitik)
Metode tahlili adalah metode tafsir
Al-Qur’an yang berusaha menjelaskan Al-Qur’an dengan mengurai berbagai sisinya
dan menjelaskan apa yang dimaksudkan oleh Al Qur’an.
Tafsir ini dilakukan secara
berurutan ayat demi ayat, kemudian surat demi surat dari awal hingga akhir
sesuai dengan susunan Al Qur’an. Dia menjelaskan kosa kata dan lafazh,
menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat,
yaitu unsur-unsur i’jaz, balaghah, dan keindahan susunan kalimat, menjelaskan
apa yang dapat diambil dari ayat yaitu hukum fiqh, dalil syar’i, arti secara
bahasa, norma-norma akhlak, dan lain sebagainya.
2. Metode Ijmali (global)
Metode ini berusaha menafsirkan
Al-Qur’an secara singkat dan global, dengan menjelaskan makna yang dimaksud
tiap kalimat dengan bahasa yang ringkas sehingga mudah dipahami. Urutan
penafsiran sama dengan metode tahlili, namun memiliki perbedaan dalam hal
penjelasan yang singkat dan tidak panjang lebar. Keistimewaan tafsir ini ada
pada kemudahannya sehingga dapat dikonsumsi oleh tiap lapisan dan tingkatan
ilmu kaum muslimin.
3. Metode Muqarran
Tafsir ini menggunakan metode
perbandingan antara ayat dengan ayat, atau ayat dengan hadits, atau antara
pendapat-pendapat para ulama tafsir, dengan menonjolkan perbedaan tertentu dari
obyek yang diperbandingkan itu.
4. Metode Maudhu’i (tematik)
Metode ini adalah metode tafsir yang
berusaha mencari jawaban Al-Qur’an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an
yang mempunyai tujuan yang satu, yang bersama-sama membahas topik atau judul
tertentu dan menertibkannya sesuai dengan masa turunnya selaras dengan
sebab-sebab turunnya, kemudian memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan
penjelasan-penjelasan, keterangan-keterangan dan hubungan-hubungannya dengan
ayat-ayat lain kemudian mengambil hukum-hukum darinya.
MACAM-MACAM TAFSIR BERDASARKAN
SUMBERNYA
من جهة استمداده
وجهة استمداده تكون من
الطريق المعتاد نقلا كان من القرآن نفسه، أو من السنة، أو من
كلام الصحابة، أو التابعين، أو كان رأيا واجتهادا. أو من غير هذا الطريق بأن
يكون بطريق الإلهام والفيض، فالتفسير ينقسم بهذا الاعتبار إلى ثلاثة أقسام:
- تفسير بالرواية، ويسمى التفسير بالمأثور.
- تفسير بالدراية، ويسمى التفسير بالرأي.
- تفسير بالفيض والإشارة، ويسمى التفسير الإشاري.
Pembagian Tafsir secara ilmiah, tafsir terbagi menjadi tiga bagian:
- Tafsir bil-ma’tsur ( bir-riwayah )
- Tafsir bir-ra’yi ( bid-dirayah )
- Tafsirul isyari ( bil-isyarah ) dan ada juga yang menambahkan ke empat
- Tafsir bil Izdiwaji ( campuran tafsir bil Matsur dan Tafsir bil Ra’yi )
Sabda Rasulullah
saw:
470 - ( ت) - ابن عباس- رضي الله عنهما
- : قال : قال رسُول الله صلى الله عليه وسلم : «من قال في القرآن بِغَيْرِ عِلمٍ فَلْيَتَبَوَّأْ
مَقعدَه من النَّارِ».
وفي رواية : أن النبيَّ صلى الله عليه وسلم قال
: «اتَّقُوا الحديثَ عني إلا ما عَلِمْتُم ، فمن كَذَبَ علَيَّ مُتَعَمِّدا فَلْيَتَبَوَّأْ
مَقعَده من النَّارِ ، وَمن قال في القرآن بِرأْيِهِ ، فَليتَبَوَّأْ مقعده من النار».
أخرجه الترمذي.
[شَرْحُ الْغَرِيبِ] فليتبوأ : أي : فليتخذ له مَباءة ، يعني منـزلا.
([6])
Artinya:
“Barang siapa menafsirkan Al Qur’an dengan tanpa ilmu, maka siapkanlah tempatnya di neraka”.
Tafsir Isyari
Menurut kaum sufi setiap ayat mempunyai makna yang zahir dan batin. Yang zahir adalah yang segera mudah dipahami oleh akal pikiran sedangkan yang batin adalah yang isyarat-isyarat yang tersembunyi dibalik itu yang hanya dapat diketahui oleh ahlinya. Isyarat-isyarat kudus yang terdapat di balik ungkapan-ungkapan Al-Qur’an inilah yang akan tercurah ke dalam hati dari limpahan pengetahuan gaib yang dibawa ayat-ayat. Itulah yang biasa disebut tafsir Isyari.
من تفاسير الصوفية
- تفسير التستري - سهل التستري (ت 283 هـ)
- تفسير السلمي - أبو عبد الرحمن محمد بن الحسين السلمي (ت 412 هـ)
- تفسير لطائف الإشارات - القشيري (ت 465 هـ)
- التأويلات النجمية في التفسير الإشاري الصوفي - نجم الدين الكبرى (ت 618 هـ)
- تفسير الجيلاني - عبد القادر الجيلاني (ت 713 هـ)
- أنوار القرآن وأسرار الفرقان - الملا علي القاري (ت 1014 هـ)
- روح البيان في تفسير القرآن - إسماعيل حقي البروسوي (ت 1127 هـ)
- البحر المديد في تفسير القرآن المجيد - أحمد بن عجيبة (ت 1224 هـ)
Tujuan/Manfaat
Ilmu Tafsir
- Mengetahui makna kata-kata dalam al-Qur’an
- Menjelaskan maksud setiap ayat
- Menyingkap hukum dan hikmah yang dikandung al-Qur’an
- Menyampaikan pembaca kepada maksud yang diinginkan oleh Syari` (pembuat syari`at), yaitu Allah SWT, agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akherat
Ilmu-Ilmu
yang Dibutuhkan dalam Penafsiran al-Qur’an (Ulum al-Qur’an)
- Ilmu Mawathin al-nuzul
- Ilmu Tawarikh
- Ilmu Asbab al-nuzul
- Ilmu Qira’at
- Ilmu tajwid
- Ilmu Gharib al-qur’an
- Ilmu I’rabil qur’an
- Ilmu Wujuh wa al-nazhair
- Ilmu Ma’rifat al-muhkam wa al-mutasyabih
- Ilmu Al-Nasikh wa al-Mansukh
- Ilmu Bada’I al-qur’an
- Ilmu I’jaz al-qur’an.
- Ilmu Tanasub ayat al-qur’an.
- Ilmu Aqsam al-qur’an.
- Ilmu Amtsal al-qur’an.
- Ilmu Jidal al-qur’an.
- Ilmu Adab al-tilawah al-qur’an
Syarat Dan Adab Penafsir Al-Qur’an
- Niatnya harus bagus, hanya untuk mencari keridloan Allah semata.
- Berakhlak mulia, agar ilmunya bermanfaat dan dapat dicontoh oleh orang lain
- Mengamalkan ilmunya.
- Hati-hati dalam menukil sesuatu, tidak menulis atau berbicara kecuali setelah menelitinya terlebih dahulu kebenarannya.
- Berani dalam menyuarakan kebenaran dimana dan kapanpun dia berada.
- Tenang dan tidak tergesa-gesa terhadap sesuatu.
- Beraqidah shahihah, karena aqidah sangat pengaruh dalam menafsirkan al-Qur’an.
- Tidak dengan hawa nafsu semata, Karena dengan hawa nafsu seseorang akan memenangkan pendapatnya sendiri tanpa melilhat dalil yang ada. Bahkan terkadang mengalihkan suatu ayat hanya untuk memenangkan pendapat atau madzhabnya.
- Mengikuti urut-urutan dalam menafsirkan al-Qur’an seperti penafsiran dengan al-Qur’an, kemudian as-sunnah, perkataan para sahabat dan perkataan para tabi’in.
- Faham bahasa arab dan perangkat-perangkatnya, karena al-Qur’an turun dengan bahasa arab. Mujahid berkata; “Tidak boleh seorangpun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, berbicara tentang Kitabullah (al-Qur’an) jikalau tidak menguasai bahasa arab“.
- memiliki pemahaman yang mendalam agar bisa mentaujih (mengarahkan) suatu makna atau mengistimbat suatu hukum sesuai dengan nusus syari’ah,
- Faham dengan pokok-pokok ilmu yang ada hubungannya dengan al-Qur’an seperti ilmu nahwu (grammer), al-Isytiqoq (pecahan atau perubahan dari suatu kata ke kata yang lainnya), al-ma’ani, al-bayan, al-badi’, ilmu qiroat (macam-macam bacaan dalam al-Qur’an), aqidah shaihah, ushul fiqh, asbabunnuzul, kisah-kisah dalam islam, mengetahui nasikh wal mansukh, fiqh, hadits, dan lainnya yang dibutuhkan dalam menafsirkan.
15 ilmu yang harus dikuasai sebelum menafsirkan AL-QUR"AN
1. Ilmu
Lughat (filologi), yaitu ilmu untuk mengetahui arti setiap kata al Quran.
Mujahid rah.a. berkata, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhirat,
maka tidak layak baginya berkomentar tentang ayat-ayat al Quran tanpa
mengetahui ilmu lughat. Sedikit pengetahuan tentang lughat tidaklah cukup
karena kadangkala satu kata mengandung berbagai arti. Jika mengetahui satu atau
dua arti, tidaklah cukup. Bisa jadi kata itu mempunyai arti dan maksud yang
berbeda.
2. Ilmu
Nahwu (tata bahasa), yaitu ilmu untuk mengetahui makna dan bentuk susunan
kalimat dalam bahasa Arab. Sangat penting mengetahui ilmu Nahwu, karena
sedikit saja I’rab (bacaan akhir kata) berubah akan mengubah arti perkataan
itu. Sedangkan pengetahuan tentang I’rab hanya didapat dalam ilmu Nahwu.
3. Ilmu
Sharaf (perubahan bentuk kata (ilmu untuk mengetahui perubahan suatu kata dalam
bahasa Arab dan keadaannya sebelum tersusun).), Mengetahui Ilmu sharaf sangat
penting, karena perubahan sedikit bentuk suatu kata akan mengubah maknanya.
Ibnu Faris berkata, “Jika seseorang tidak mempunyai ilmu sharaf, berarti ia
telah kehilangan banyak hal.” Dalam Ujubatut Tafsir, Syaikh Zamakhsyari rah.a.
menulis bahwa ada seseorang yang menerjemahkan ayat al Quran yang berbunyi:
يَوۡمَ نَدۡعُواْ ڪُلَّ أُنَاسِۭ بِإِمَـٰمِهِمۡۖ…
“(Ingatlah) pada
suatu hari (yang pada hari itu) kami panggil setiap umat dengan pemimpinya.
“(Qs. Al Isra [17]:71)
Karena
ketidaktahuannya tentang ilmu sharaf, ia menerjemahkan ayat itu seperti ini:
“pada hari ketika
manusia dipanggil dengan ibu-ibu mereka.”
Ia mengira bahwa
kata ‘imaam’ (pemimpin) yang merupakan bentuk mufrad (tunggal) adalah bentuk
jamak dari kata ‘um’ (ibu). Jika ia memahami ilmu sharaf, tidak mungkin akan
mengartikan ‘imaam’ sebagai ibu-ibu.
4. Imu
Isytiqaq (yaitu ilmu tentang asal usul kata (akar kata), Mengetahui ilmu
isytiqaq sangatlah penting. Dengan ilmu ini dapat diketahui asal-usul kata. Ada
beberapa kata yang berasal dari dua kata yang berbeda, sehingga berbeda makna.
Seperti kata ‘masih’ berasal dari kata ‘masah’ yang artinya menyentuh atau
menggerakkan tangan yang basah ke atas suatu benda, atau juga berasal dari kata
‘masahat / misaahah’ yang berarti ukuran.
5. Ilmu
Ma’ani (ilmu tentang susunan kalimat dari segi maknanya)., Ilmu ini sangat
penting di ketahui, karena dengan ilmu ini susunan kalimat dapat di ketahui
dengan melihat maknanya.
6. Ilmu
Bayaan, Yaitu ilmu yang mempelajari makna kata yang zhahir dan yang
tersembunyi, juga mempelajari kiasan serta permisalan kata.
7. Ilmu
Badi’, yakni ilmu yang mempelajari keindahan bahasa.
Ketiga bidang ilmu
(Ma’ani, Bayan dan Badi’) di atas juga di sebut sebagai cabang ilmu balaghah
yang sangat penting dimiliki oleh para ahli tafsir. Al Quran adalah mukjizat
yang agung, maka dengan ilmu-ilmu di atas, kemukjizatan al Quran dapat di
ketahui.
8. Ilmu
Qira’at, yaitu ilmu yang mempelajari tentang macam-macam bacaan Al-Qur’an. Ilmu
ini sangat penting dipelajari, karena perbedaan bacaan dapat mengubah makna
ayat. Ilmu ini membantu menentukan makna paling tepat di antara makna-makna
suatu kata.
9. Ilmu
Aqa’id, yaitu ilmu yang mempelajari dasar-dasar keimanan. Ilmu yang sangat
penting di pelajari ini mempelajari dasar-dasar keimanan, kadangkala ada satu
ayat yang arti zhahirnya tidak mungkin diperuntukkan bagi Allah swt. Untuk
memahaminya diperlukan takwil ayat itu, seperti ayat:
... يَدُ اللهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ ... {الفتح : 10}
“Tangan Allah di
atas tangan mereka.” (Qs. Al Faht 48]:10)
(Takwilnya, orang
yang berjanji kepada Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam,
sama juga dengan berjanji kepada Allah Subhaanahu wata’ala).
10. Ushul
Fiqih, yaitu Ilmu yang mempelajari cara pengambilan hukum dari dalil-dalil
syariat secara garis besar). Mempelajari ilmu ushul fiqih sangat penting,
karena dengan ilmu ini kita dapat mengambil dalil dan menggali hukum dari suatu
ayat.
11. Ilmu
Asbabun-Nuzul, Yaitu ilmu untuk mengetahui sebab-sebab turunnya ayat al Quran.
Dengan mengetahui sebab-sebab turunnya, maka maksud suatu ayat mudah di pahami.
Karena kadangkala maksud suatu ayat itu bergantung pada asbabun nuzul-nya.
12. Ilmu
Nasikh Mansukh, Dengan ilmu ini dapat dipelajari suatu hukum uang sudah di
hapus dan hukum yang masih tetap berlaku.
13. Ilmu
Fiqih, Ilmu yang mempelajari hukum-hukum dalam syari’at. Ilmu ini sangat penting
dipelajari. Dengan menguasai hukum-hukum fiqih secara rinci akan mudah
mengetahui hukum global atau memahami hukum kaidah-kaidah umum yang ada dalam dalam
Al-Qu’ran yang menjadi dasar hukum tersebut.
14. Ilmu
Hadist, Ilmu untuk mengetahui hadist-hadist yang menafsirkan ayat-ayat al
Quran.
15. Ilmu
Wahbi, Ilmu khusus yang di berikan Allah kepada hamba-nya yang istimewa,
sebagaimana sabda Nabi Saw..,,
من
عمل بما علم أورثه الله علم ما لم يعلم.([7])
من
عمل بما علم نور الله تعالى قلبه . ([8])
“Barangsiapa
mengamalkan apa yang ia ketahui, maka Allah akan memberikan kepadanya ilmu yang
tidak ia ketahui.”
Juga sebagaimana disebutkan dalam
riwayat, bahwa Ali r.a. pernah ditanya oleh seseorang, “Apakah rasulullah telah
memberimu suatu ilmu atau nasihat khusus yang tidak di berikan kepada orang
lain?” Maka ia menjawab, “Demi Allah, demi Yang menciptakan Surga dan jiwa. Aku
tidak memiliki sesuatu yang khusus kecuali pemahaman al Quran yang Allah
berikan kepada hamba-Nya.” Ibnu Abi Dunya berkata, “Ilmu al Quran dan pengetahuan
yang didapat darinya seperti lautan yang tak bertepi.
Ilmu-ilmu yang telah diterangkan di
atas adalah alat bagi para mufassir al Quran. Seseorang yang tidak memiliki
ilmu-ilmu tersebut lalu menfsirkan al Quran, berarti ia telah menafsirkannya
menurut pendapatnya sendiri, yang larangannya telah di sebutkan dalam banyak
hadist. Para sahabat telah memperoleh ilmu bahasa Arab secara turun temurun,
dan ilmu lainnya mereka dapatkan melalui cahaya Nubuwwah.
Iman Suyuthi rah.a. berkata,
“Mungkin kalian berpendapat bahwa ilmu Wahbi itu berada di luar kemampuan
manusia. Padahal tidak demikian, karena Allah sendiri telah menunjukkan
caranya, misalnya dengan mengamalkan ilmu yang dimiliki dan tidak mencintai
dunia.”
ان الــمبادي كل فن عشرة *
الحــد والموضوع ثم الثمـرة
وفضله ونـسبـة والــواضع *
والاسم والاستمداد حكم الشارع
مسائل والبعض بالبعض اكتـفى
* ومن درى الجميع حاز الشرف
1.
التعريف:
لغة: التفسير تفعيل من الفسر وهو البـيان والكشف ، ويقال هو مقلوب
السفر تقول أسفر الصبح إذا أضاء ، وقيل
مأخوذ من التفسرة وهي اسم لما يعرف به الطبـيب المرض. ([9])
فالتفسير مأخوذ من الفسر الذي هو كشف المغطى ([10]) أو إظهار المعنى المعقول ([11]) وبين المادتين "الكشف" و "الإظهار" تلازم
إلا أن الراغب الأصفهاني أضاف أن الفسر يكون في بيان المعنى المعقول .
واصطلاحاً : بيان كلام الله أو أنه المبين لألفاظ القرآن الكريم
ومفهوماتها .
فقد عرفه بعض العلماء كما نقل ذلك السيوطي في كتابه الإتقان بأنه
: علم نزول الآيات وشؤونها وأقاصيصها والأسباب النازلة فيها ثم ترتيب مكيها
ومدنيها ومحكمها ومتشابهها وناسخها ومنسوخها وخاصها وعامها ومطلقها ومقيدها
ومجملها ومفسرها وحلالها وحرامها ووعدها ووعيدها وأمرها ونهيها وعبرها وأمثالها ([12])
وقال الزرقاني في تعريفه للتفسير بقوله : هو علم يـبحث فيه عن
أحوال القرآن الكريم من حيث دلالته على مراد الله تعالى بقدر الطاقة البشرية([13])
3.
فائدته \ فضله
:
التذكر والإعتبار ومعرفة هداية الله في العقائد والعبادات
والمعاملات والأخلاق ليفوز الأفراد والمجاميع بخير العاجلة والآجلة ([15])
4.
فضله :
قال الأصبهاني : أشرف صناعة يتعاطاها الإنسان تفسير القرآن الكريم
؛ ذلك أن شرف الصناعة يكون إما بشرف موضوعها أو بشرف غرضها أو بشدة الحاجة إليها ،
والتفسير قد حاز الشرف من الجهات الثلاث فموضوعه كلام الله تعالى ، والغرض منه
الوصول إلى السعادة الحقيقية التي لا تفنى ، وأما من جهة شدة الحاجة فلأن كل كمال
ديني أو دنيوي عاجلي أو آجلي مفتقر إلى العلوم الشرعية والمعارف الدينية ، وهي
متوقفة على العلم بكتاب الله تعالى ([16])
وقال الطبري مبـيناً فضل هذا العلم : اعلموا عباد الله أن أحق ما
صرفت إلى علمه العناية وبلغت في معرفته الغاية ما كان لله في العلم به رضا وللعالم
به إلى سبـيل الرشد هدى وأن أجمع ذلك لباغيه كتاب الله الذي لا ريب فيه وتنـزيله
الذي لا مرية فيه الفائز بجزيل الذخر وسنى الأجر تاليه الذي لا يأتيه الباطل من
بين يديه ولا من خلفه تنـزيل من حكيم حميد.([17])
7.
اسمه : علم التفسير وسمي علم التفسير لما فيه من الكشف والتبـيين واختص
بهذا الاسم دون بقية العلوم مع أنها مشتملة على الكشف والتبـيين لجلالة قدره ،
وقصده إلى تبـيين مراد الله من كلامه كان كأنه هو التفسير وحده دون ما عداه ([20])
8.
استمداده
: من علم اللغة والنحو والتصريف وعلم البيان
وأصول الفقه والقراءات ويحتاج لمعرفة أسباب النزول والناسخ والمنسوخ ([21])
[1] Qamus Lisanul
‘Arab
[2] Kamus besar
Bahasa Indonesia. Hal. 149
[3] [ مناهل العرفان - محمد
عبدالعظيم الزرقاني ] , الكتاب : مناهل العرفان في علوم القرآن , المؤلف : محمد
عبدالعظيم الزرقاني , الناشر : دار الفكر
- بيروت , الطبعة الأولى ، 1996 , تحقيق : مكتب البحوث والدراسات . (مكتبة الشاملة) ج 2 ص 4
[4] الكتاب : المعجم الوسيط ـ
موافق للمطبوع . المؤلف / إبراهيم مصطفى ـ أحمد الزيات ـ حامد عبد القادر ـ محمد
النجار . دار النشر : دار الدعوة . تحقيق / مجمع اللغة العربية . (مكتبة الشاملة) ج 2 ص 688
[6] الكتاب
: جامع الأصول في أحاديث الرسول , المؤلف : مجد الدين أبو السعادات المبارك بن محمد
الجزري ابن الأثير (المتوفى : 606هـ) , تحقيق : عبد القادر الأرنؤوط , الناشر : مكتبة
الحلواني - مطبعة الملاح - مكتبة دار البيان (مكتبة الشاملة) ج 2 ص 6
[7] الكتاب : فيض القدير , فيض
القدير شرح الجامع الصغير من أحاديث البشير النذير للعلامة محمد عبد الرؤوف
المناوي ضبطه وصححه أحمد عبد السلام , دار الكتب العلمية بيروت – لبنان . الطبعة
الاولى 1415 ه - 1994 مـ . مصدر الكتاب : موقع يعسوب, ج 15 ص 452
[8] الكتاب : بحر الفوائد المشهور بمعاني الأخبار .
المؤلف : أبو بكر محمد بن أبي إسحاق إبراهيم بن يعقوب الكلاباذي البخاري [ ت : 384
هـ] . المحقق : محمد حسن محمد حسن إسماعيل - أحمد فريد المزيدي . الناشر : دار
الكتب العلمية - بيروت / لبنان . الطبعة : الأولى ، 1420هـ - 1999مـ . عدد الأجزاء
: 1 - ج 1 ص 102
0 Response to "Makalah Tafsir Ilmu tafsir"
Posting Komentar