Muharram di Bakau Hulu
Draft : Ceramah Muharram di Bakau Hulu, Labuhan Haji
عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ
: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله
عليه وسلم يَقُوْلُ
: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا
نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ
امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا
هَاجَرَ إِلَيْهِ . رواه
إماما المحدثين أبو
عبد الله محمد
بن إسماعيل بن
إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو
الحسين مسلم بن
الحجاج بن مسلم
القشيري النيسابوري في
صحيحيهما اللذين هما
أصح الكتب المصنفة
Dari Amirul Mu’minin,
Abi Hafs Umar bin Al Khattab radhiallahuanhu, dia berkata, "Saya mendengar
Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya
setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan
dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin
mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan)
Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan
yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya
(akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.
[Riwayat dua Imam
hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il
bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari dan Abu Al Husain, Muslim
bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaaburi di dalam dua kitab Shahih,
yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang]
Menurut KH. Abdul Gaos Saefulloh
Maslul dalam kitabnya Fadhailusy Syuhur bahwa kalimat Muharram itu terdiri dari
4 (empat) huruf :
1.
Mim diberi ma’na
Mujahadatun Nafsi artinya memerangi hawa nafsu. Bagi kita mungkin berat untuk memerangi hawa
nafsu, hal tersebut amat berbeda dengan memerangi kaum kafir dengan membawa
alat-alat yang secara syari�atnya tombak dll. Kalau memerangi hawa nafsu bukan
dengan tombak itu tapi caranya dengan tidak mengikuti kehendak hawa nafsu.
Segala sesuatu yang diinginkan dengan nafsu tidak dilakukan tapi sebaliknya
sesuatu yang tidak diinginkan dilakukan.
Wamanjaahada Yujaahadu Linafsih. Memang berat memerangi
hawa nafsu. Contohnya saya salah satu untuk memerangi hawa nafsu adalah gemar
melaksanakan ibadah puasa baik sunnat apalagi fardlu. Bagi saya jangkan puasa
wajib puasa sunnat saja sulit/enggan rasanya untuk melakukan. Seorang Hujjatul
Islam yaitu Imam Ghozali mengatakan bahwa faidah berpuasa itu untuk
mempersempit jalannya syetan yang suka masuk ke dalam jasad anak Bani Adam
melalui urat-urat tempat berjalannya darah.
2.
Ha diberi ma’na Hifdzul Hurmah artinya kita sebagai ikhwan
Thorekat Qodiriyah Naqsabandiyah agar selalu menghormati guru dan sesama
murid/ikhwan dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Ra diberi ma’na ridlallahi, minta keridloannya kepada Allah
SWT.
4.
Mim diberi ma’na Mahabbatillah artinya bagi kita sebagai ikhwan
mencintai Allah SWT
Al-Sakhawi
dalam al-I’lan bi al-Taubikh li Man Dzamm al-Taurikh menyebutkan
banyak riwayat terkait penetapan tahun pertama dalam penanggalan qamariyah.
Terdapat empat opsi yang mengemuka di kalangan shahabat:
1. Tahun kelahiran Rasulullah,
2. tahun pengangkatan beliau sebagai
rasul,
3. tahun beliau berhijrah, dan
4. tahun kemangkatan beliau.
Untuk
menetapkan tahun pertama penanggalan, khalifah Umar bermusyawarah dengan
shahabat-shahabat senior. Opsi pertama dan kedua ditolak dengan alasan bahwa
tahun kejadiannya masih diperselisihkan di kalangan mereka sendiri. Opsi
keempat juga ditolak karena kewafatan Rasulullah telah menimbulkan kesedihan
yang mendalam di kalangan kaum muslimin. Kemudian ditetapkan peristiwa
hijrahnya Rasulullah sebagai tahun pertama penanggalan. Dalam sebuah riwayat
dinyatakan bahwa yang mengusulkan opsi ketiga ini adalah Ali bin Abu Thalib,
”Kita memulai penanggalan dari peristiwa hijrahnya Rasulullah dari Mekkah yang
saat itu dipenuhi kemusyrikan”. Umar mengamininya dan berkata, ”Hijrah adalah momentum yang memisahkan antara kebenaran
dengan kebatilan”.
Ketika
para sahabat sepakat menjadikan hijrah nabi sebagai permulaan kalender Islam,
timbul persoalan lain di kalangan mereka tentang permulaan bulan kalender itu.
Ada yang mengusulkan rabiul awal (sebagai bulan hijrahnya Rasulullah SAW ke
Medinah). Namun ada pula yang mengusulkan bulan Muharram. Namun akhirnya Umar
memutuskan bahwa tahun 1 Islam/Hijriah bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622 M.
Dengan demikian, antara permulaan hijrah Nabi dan permulaan kalender Islam
terdapat jarak seitar 82 hari.
Peristiwa
penetapan Islam oleh Umar ini terjadi pada hari rabu, dua puluh hari sebelum
berakhirnya Jumadil Akhir, tahun ke 17 sesudah hijrah atau pada tahun ke-4 dari
kekhalifahan Umar bin Khattab.
Khalifah Umar bin Khatab menetapkan awal patokan
penanggalan Islam adalah tahun dimana hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke
Madinah. Penentuan awal patokan ini dilakukan setelah menghilangkan seluruh
bulan-bulan tambahan (interkalasi) dalam periode 9 tahun.
Tanggal 1 Muharam Tahun 1 Hijriah bertepatan dengan
tanggal 16 Juli 622, dan tanggal ini bukan berarti tanggal hijrahnya Nabi
Muhammad. Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad terjadi bulan September 622.
Dokumen tertua yang menggunakan sistem Kalender Hijriah adalah papirus di Mesir
pada tahun 22 H, PERF 558. Penentuan kapan dimulainya tahun 1 Hijriah dilakukan
6 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad. Namun demikian, sistem yang mendasari Kalender
Hijriah telah ada sejak zaman pra-Islam, dan sistem ini direvisi pada tahun
ke-9 periode Madinah. Penentuan dimulainya sebuah hari/tanggal pada Kalender
Hijriyah berbeda dengan pada Kalender Masehi.
Pada sistem Kalender Masehi, sebuah hari/tanggal dimulai
pada pukul 00.00 waktu setempat. Namun pada sistem Kalender Hijriah, sebuah
hari/tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari di tempat tersebut. Kalender
Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan kalender lunar
(qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik
bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708
hari). Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih pendek
sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi. Faktanya, siklus
sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam Kalender Hijriah
bergantung pada posisi bulan, bumi dan matahari.
Kata Masehi biasanya merujuk kepada tarikh (sejarah)
tahun menurut Kalender Gregorian. Kata ini berasal dari Bahasa Arab. Sistem
penanggalan Gregorian ini merupakan sistem penanggalan internasional. Sistem
penanggalan Gregorian adalah sistem penanggalan yang berdasarkan pada siklus
pergerakan semu Matahari melewati titik vernal equinok dua kali berturut-turut,
yang lamanya rata-rata adalah 365, 242199 hari. Titik vernal equinok adalah
titik semu pada lintasan eliptika tempat Matahari melewati atau tepat berada
pada garis ekuator langit (perpanjangan garis ekuator Bumi), yang terjadi
sekitar tanggal 21 Maret.
Oleh karena penyesuaian dengan pergerakan semu
Matahari inilah, satu tahun dalam kalender Gregorian lamanya 365 hari. Awal
tahun Masehi merujuk kepada tahun yang dianggap sebagai tahun kelahiran Nabi
Isa Al-Masih karena itu kalender ini dinamakan Masihiyah atau Yesus dari
Nazaret.
Beberapa
fakta sekitar hijrah Nabi:
1. Sebelum Hijrah ke Madinah Nabi
saw pernah memerintahkan umatnya untuk hijrah ke Abesinia untuk menghindarkan
mereka dari siksaan kaum kafir Quraisy. Abesinia dipilih karena dipimpin oleh
raja Kristen yang baik, sehingga harapan beliau sang raja bisa memberikan
perlindungan kepada umat Islam. Namun Hijrah ke Abesinia tidak menghasilkan
suasana yang diharapkan, dan Nabi saw menyuruh mereka pulang kembali ke
Mekah.
2. Beberapa lama kemudian
memerintahkan umatnya untuk hijrah ke Madinah, karena orang Madinah halus dan
berbudi luhur, ditambah sebagian besar mereka adalah penganut kristen dan
yahudi yang taat. Nabi juga punya kerabat di sana yakni dari suku Banu An Najr
dari keluarga ibunya. Jadi harapan beliau penduduk Madinah akan berkenan
menolong orang Islam dan mereka bisa terketuk hatinya untuk menganut Islam.
Mereka disuruh pergi dengan diam-diam pada malam hari, dengan rombongan yang
kecil, membawa bekal sekedar untuk bertahan hidup di perjalanan.
3. Setelah sebagian besar
sahabat-sahabatnya meninggalkan Mekah giliran Nabi saw, merencanakan pergi ke
Madinah. Beliau memanggil sahabatnya Abu Bakar dan keponakannya Ali bin Abu
Thalib untuk mengatur strategi dalam meninggalkan Mekah. Pada suatu malam yang
direncanakan mereka bertiga berkumpul di rumah Nabi, saw. Namun pada saat yang
sama tersebut juga kaum kafir telah berkumpul di sekitar rumah nabi untuk
membunuh beliau. Nabi saw menyuruh Ali memakai jubahnya dan tidur ditempat
tidurnya. Dalam keadaan gelap gulita Nabi saw dan Abu Bakar keluar dari rumah
lewat pintu belakang. Nabi dan Abu Bakar berjalan ke arah selatan ke arah
Yaman, mendaki bukit padas dan terjal hingga akhirnya sampai ke gua Tsur.
Mereka bersebmbunyi di sana sampai 3 hari.
4. Setelah mendapat “lampu hijau”
dari informan dan penunjuk jalan sudah datang mereka keluar dari gua dan
melanjutkan perjalanan ke Quba dengan mengabil rute yang berbeda dengan rute
normal (lihat gambar).
5. Bahwa Nabi saw, pada kali pertama
menyuruh umatnya hijrah ke Abesinia dengan pertimbangan logika (raja kristen
yang kan baik masa tidak mau melindungi sahabat-sahabatnya) dan ini gagal. Jadi
Nabi menyuruh hijrah ke Abesinia itu bukan sekedar karena wangsit. Kalau
wangsit mengapa mesti gagal.
6. Ketika meninggalkan rumah beliau
tidak asal pergi, menyuruh Ali tidur ditempat tidurnya dan memaki jubahnya
untuk mengelabui kaum kafir, pergi setelah gelap, lewat pintu belakang. Kalau
berdasarkan pertimbangan semata-mata ada "perlindungan mistis", tidak
perlu bikin rencana sedetil itu. Jadi ini membuktikan nabi menggunakan akal dan
perencenaan yang baik.
7. Dia pergi ke arah selatan sejauh
8 km, padahal Madinah itu berada di sebelah utara Mekah. Dia juga dan memilih
jalur berbatu, terjal dan jarang dilewati manusia. Ini jelas suatu trik yang
sangat cerdas. Jadi walau orang Qurais sudah sampai ke gua tsur mereka juga
ragu masa iya sih Muhammad melewati jalan ini yang susah luar biasa dan arahnya
tidak ke Madinah.
8. Memilih jalan berbatu, jelas ini
pertimbangan akal supaya tapak kakinya tidak kelihatan, coba kalau milih lewat
jalan tanah atau pasir kemungkinan besar bekas tapak kaki mereka akan
kelihatan.
9. Tinggal di gua Tsur sampai 3
hari, kalau hanya berdasarkan percaya "perlindungan mistis" tentu
tidak harus menunggu sampai 3 hari. Tidak perlu informan. Tidak perlu penunjuk
jalan.
10. Rute yang dilalui rombongan Nabi
adalah bukan rute yang Mekah-Madinah yang biasa dipakai para kafilah. Ini
adalah salah satu usaha Nabi saw supaya tidak mudah dilacak oleh orang kafir
Qurais.
Beberapa Pelajaran dari Hijrah Nabi Muhammad SAW
1.
Mu’jizat.
2.
Semangat
pengorbanan
3.
Persaudaraan
Sejati
Mu’jizat
Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad
saw merupakan Mu’jizat. Nabi Muhammad saw lahir pada bulan Rabi’ul awal,
hijrah pada bulan Rabi’ul awal dan wafat pada bulan Rabi’ul awal. Beliau
berangkat dari Makkah dan bersembunyi di gua Tsur adalah pada akhir bulan
Shofar.
Selama tiga hari beliau di dalam
gua Tsur, lalu di awal bulan Rabi’ul awal beliau berangkat berkendaraan unta
sampai di daerah bernama Quba (dekat Madinah) tanggal 8
Rabi’ul awal dan masuk kota Madinah (dahulu disebut Yatsrib) pada tanggal 12
Rabi’ul awal (Lahir 12 Rabi’ul awal, Hijrah tiba di Madinah 12 Rabi’ul
awal dan wafat 12 Rabi’ul awal).
Berbicara tentang mati,
suatu ketika Nabi Sulaiman ‘alaihissalam didatangi seorang tamu yang
sudah sangat dekat dengan Nabi Suliaman a.s., maka beliau sangat kenal dengan
tamunya itu. Maka tamu itu langsung duduk di samping kanan Nabi Sulaiman
a.s. Ketika duduk itu tamu itu menatap kearah salah seorang sahabat Nabi
Sulaiman a.s yang ada di majlis itu. Sampai sahabat Nabi Sulaiman itu
merasa tidak enak. Setelah tamu itu pergi, sahabat yang ditatap itu
bertanya kepada Nabi Sulaiman a.s : “Ya Nabiyallah, siapakah tamu anda itu
? Mengapa ia selalu melihat kepadaku ?”.
Nabi Sulaiman a.s menjawab : “Oh,
dia adalah malaikat Izrail”. (Maksudnya : malaikat pencabut nyawa).
Terkejut sekali sahabat Nabi Sulaiman a.s. mendengar jawaban itu.
Lalu sahabat itu berkata kepada Nabi Sulaiman : “Ya Nabiyallah, bukankah engkau
bisa memerintahkan angin. Tolonglah perintahkan angin supaya saya dapat
terbawa angin itu ke India”. Nabi Sulaiman a.s. : “Baiklah,
kalau itu kehendakmu” Maka Nabi Sulaiman memerintahkan angin agar membawa
sahabatnya itu ke India.
Suatu waktu datang lagi malaikat
itu ke tempat Nabi Sulaiman a.s. Nabi Sulaiman bertanya kepada Malaikat
Izrail (pencabut nyawa) itu : “Wahai Izrail, tempo hari kamu datang kepadaku
untuk apa ?”
Malaikat Izrail : “Saya
diperintahkan Allah untuk mencabut nyawa seorang laki-laki di India.
Tetapi ketika saya sampai di sana, di India, laki-laki itu tidak ada,
lalu saya mampir di majlismu. Ketika aku sampai di majlismu, saya lihat ada
orang laki-laki yang ciri-cirinya sama persis seperti yang dalam catatan saya.
Maka saya pulang kembali ke India menunggu laki-laki itu datang, setelah datang
lalu saya mengambil nyawanya”.
Banyak Mu’jizat yang
diperlihatkan oleh Allah subhanahu wata’ala dalam peristiwa Hijrah
Nabi Muhammad saw.
Mu’jizat pertama :
Ketika Nabi Muhammad saw keluar
dari rumah beliau yang telah dikepung oleh 11 orang pemuda kafir Quraisy,
berdasarkan kesepakatan mereka membuat konspirasi (daya upaya) untuk membunuh
Nabi Muhammad saw .
Lihat AlQur’an Surat Al
Anfal ayat 30 :
Î)ur ãä3ôJt y7Î/ z`Ï%©!$# (#rãxÿx. x8qçGÎ6ø[ãÏ9 ÷rr& x8qè=çGø)t ÷rr& x8qã_Ìøä 4 tbrãä3ôJtur ãä3ôJtur ª!$# ( ª!$#ur çöyz tûïÌÅ6»yJø9$# ÇÌÉÈ
(Dan (ingatlah), ketika
orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap
dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan
tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah Sebaik-baik pembalas
tipu daya.
Akhirnya berlakulah Mu’jizat,
kekuasaan Allah subhanahu wata’ala dipertunjukkan. Nabi Muhammad
saw malam itu keluar dari rumah beliau yang sudah dikepung oleh sebelas pemuda
Quraisy dengan maksud untuk membunuh beliau. Dan perintah untuk membunuh
itu tidak tanggung-tanggung, diperintahkan oleh Abu Jahal, pembunuhan harus
dilakukan serentak bersama-sama, dan harus diupayakan agar darah Nabi saw bisa
mengena di seluruh badan para pemuda yang membunuhnya. Agar setiap pemuda
yang mewakili sebelas Kabilah itu terkena darah pada badannya, maka keluarga
besar Nabi Muhammad saw tidak akan bisa menuntut mereka, karena seluruh dari
mereka yang bertanggungjawab.
Tetapi ternyata ketika Nabi
Muhammad saw keluar dari rumah beliau, diceritakan dalam riwayat, bahwa
beliau membaca ayat dalam Surat Yaasin dari ayat 1 – 9, ada
riwayat lain yang mengatakan bahwa beliau membaca surat Yaasin ayat 9
saja, yaitu :
$uZù=yèy_ur .`ÏB Èû÷üt/ öNÍkÉ÷r& #ty ô`ÏBur óOÎgÏÿù=yz #ty öNßg»oYøt±øîr'sù ôMßgsù w tbrçÅÇö7ã ÇÒÈ
Dan Kami adakan di hadapan mereka
dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka
sehingga mereka tidak dapat melihat.
Di sinilah Mu’jizat itu
diperlihatkan, beliau keluar rumah justru saat itu pemuda-pemuda kafir
Quraisy yang mengepung rumah beliau sedang tertidur pulas. Dan Nabi
Muhammad saw sempat mengambil segenggam pasir, lalu ditaburi sedikit-sedikit di
masing-masing kepala pemuda itu, sambil keluar dari rumah beliau.
Mu’jizat kedua :
Pada waktu Nabi Muhammad saw
bersama sahabat beliau Abubakar Siddiq r.a. bersem-bunyi
di Gua Tsur, ketika beliau berdua hendak masuk ke dalam gua, tidak ada pohon
akasia, tidak ada laba-laba yang membuat sarangnya dan tidak ada dua ekor
burung merpati yang sedang mengerami telornya di jalan masuk gua itu.
Ketika sudah di dalam gua, diriwayatkan bahwa Abubakar sempat menangis menahan
sakit karena kakinya digigit ular. Lalu Nabi Muhammad saw berdo’a kepada
Allah subhanahu wata’ala, lalu beliau mengoleskan ludah beliau di
kaki Abubakar Siddiq bekas gigitan ular. Dengan idzin Allah subhanahu
wata’ala sembuh dan hilang rasa sakitnya.
Ketika bersembunyi di Gua Tsur
itu Abbakar sempat sedih dan khawatir diketahui oleh orang-orang kafir
Quraisy. Sebab bila diketahui, habislah riwayat mereka berdua. Maka
ketika itu Nabi Muhamamad saw mengatakan kepada Abubakar r.a. : “Wahai Abubakar,
jangan sedih dan jangan takut, kita tidak hanya berdua, tetapi ada yang ketiga
yaitu Allah subhanahu wata’ala”.
Ketika orang-orang kafir yang
mencari-cari beliau sudah di depan gua itu mereka melihat ke arah dalam
gua, tetapi ternyata di mulut gua itu sudah tumbuh pohon akasia, sudah ada
laba-laba yang membuat sarang dan di dinding gua ada dua ekor burung merpati
yang sedang mengerami telornya.
Melihat keadaan yang demikian itu
mereka berpikir, tidak mungkin ada orang masuk ke dalam gua, karena bila ada
orang masuk ke dalam gua pasti pohon akasia sudah rusak, tidak ada sarang
laba-laba dan tidak akan ada burung merpati bertelor di situ.
Mu’jizat ketiga :
Dalam perjalanan Hijrah Nabi
Muhammad saw menuju Madinah (Yatsrib) berdua dengan Abubakar Siddiq r.a.
ditambah dua orang lagi yaitu bekas budak Abubakar yang telah
dimerdekakan bernama Amir bin Fuhairoh, dan seorang penunjuk
jalan yang disewa bernama Abdullah bin Uraiqith (seorang
Nasrani). Jadi semua ada empat orang.
Arah Madinah adalah di sebelah
utara Makkah. Maka bila orang dari Makkah hendak menuju Madinah berjalan
menuju ke utara. Tetapi ketika Nabi Muhammad saw dan Abubakar hendak
berangkat ke Madinah, beliau berdua berjalan menuju ke Gua Tsur untuk
persembunyian sementara, yang letaknya di sebelah selatan kota Makkah. Itu
adalah bagian dari taktik beliau, dengan maksud agar orang-orang Quraisy yang
mengejarnya tidak bisa menemukannya.
Di tengah perjalanan beliau
beserta Abubakar dan pengiringnya dua orang singgah di suatu desa, dimana disitu
tinggal seorang perempuan tua yang bernama Ummu Ma’bad.
Ummu Ma’bad ini seorang yang baik hati, setiap orang yang mampir
(singgah) disitu selalu ditawari makanan dan minuman. Tetapi ketika Nabi
Muhammad saw beserta rombongannya itu singgah sebentar dan meminta barang
sedikit minuman, kebetulan di rumah Ummu Ma’bad sedang tidak ada
persediaan makanan dan minuman. Nabi Saw melihat di situ banyak kambing
yang digembalakan di sekitar rumah Ummu Ma’bad.
Nabi saw berkata berkata kepada
Ummu Ma’bad : “Wahai Ummu Ma’bad, apakah kambing-kambing ini ada susunya?”
. Ummu Ma’bad menjawab : “Ya Tuan, kambing itu tidak ada susunya, sudah
beberapa hari ini kering, tidak kaluar susunya”.
Kemudian Nabi Muhammad SAW melihat
ada seekor kambing yang menyendiri, tidak bercampur dengan kambing-kambing yang
lain. Beliau bertanya kepada Ummu Ma’bad : “Bagaimana dengan kambing yang
seekor itu, apakah ada susunya ?”. Ummu Ma’bad menjawab : “Oh, kambing itu
tidak disukai oleh kambing-kambing yang lain, maka ia menyendiri, tidak mau
campur. Kambing itu lebih parah lagi, tidak ada susunya sama sekali”.
Nabi Muhammad saw kemudian
mendekati kambing yang dimaksud, baliau pegang dan beliau mengelus-elus tubuh
kambing itu, dan beliau berkata minta mangkuk besar kepada Ummu Ma’bad, lalu
beliau memeras susu kambing itu sampai mangkuk itu penuh dengan susu
kambing. Lalu Ummu Ma’bad dipersilakan minum susu itu
terlebih dahulu, sesudah itu beliau beserta rombongannya ikut meminumnya
sampai puas. Kemudian beliau memeras susu kambing itu lagi sampai semangkuk
penuh lalu ditinggalkan untuk Ummu Ma’bad, dan setelah berpamitan, beliau
beserta rombongannya meneruskan perjalanan menuju Madinah.
Itulah salah satu Mu’jizat yang
diperlihatkan oleh Allah subhanahu wata’ala.
Artinya, pelajaran yang bisa
diambil dari peristiwa tersebut di atas, bahwa rezeki tidak tergantung pada
sebab. Memang ada pendapat bahwa siapa yang bekerja keras, pasti akan
mendapat rezki banyak pula. Tetapi karena rezeki tidak tergantung pada
sebab, ada orang yang bekerja keras, banting tulang, tetapi hasilnya sedikit.
Tukang Bajaj itu bekerja keras, bahkan sangat keras, tetapi hasilnya
sedikit. Kuli bangunan juga bekerja keras, tetapi hasilnya sedikit.
Sebaliknya ada orang yang
bekerja hanya sedikit, tenaga yang dikeluarkan hanya sedikit, tetapi hasilnya
besar. Misalnya seseorang hanya membubuhkan tanda tangan saja, ternyata
hasilnya besar, jauh lebih besar daripada tukang Bajaj atau kuli bangunan.
Tentunya yang tanda tangan saja tetapi hasilnya jauh lebih banyak itu mempunyai
faktor-faktor keunggulan yang lain. Mungkin keahliannya, skill-nya, ilmu
pengetahuannya, dll.
Menurut logika manusia, mana
mungkin kambing yang kurus-kering bisa menghasilkan susu yang banyak.
Tetapi karena Allah subhanahu wata’ala memperlihatkan
kekuasaan-Nya, maka dari kambing yang kurus kering bisa mengeluarkan susu
yang banyak seketika itu. Itulah Mu’jizat yang dikenakan
kepada Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam.
Artinya, dalam hidup ini kita
manusia hanya wajib berusaha, tetapi jangan menggantung-kan semata-mata pada
usaha yang kita lakukan. Allah subhanahu wata’ala yang meluas atau
menyempitkan rezki seseorang.
Mu’jizat ke empat :
Dalam perjalanan menuju Madinah
itu sebetulnya Nabi Muhammad saw beserta rombongannya dikejar oleh Suraqah
bin Malik. Ia seorang kafir yang di-iming-imingi hadiah oleh
tokoh-tokoh Quraisy, dengan imbalan : Siapa yang bisa menangkap Nabi Muhammad
saw akan diberi hadiah 100 ekor unta. Suraqah bin Malik termasuk orang
yang tergiur, maka ia ambil tombaknya, kudanya, lalu dipacunya kudanya itu,
begitu sampai di dekat Nabi Muhammad saw beserta rombongannya, dua kaki depan
kuda Suraqah tiba-tiba terperosok ke dalam pasir. Tubuh Suraqah-pun terpental
agak jauh.
Iapun tidak jadi membunuh Nabi
Muhammad saw, tetapi ia minta catatan kepada Nabi Muhammad saw, agar kelak di
kemudian hari ia tidak dibalas (disiksa) atau diperlakukan buruk oleh Nabi
Muhammad saw. Lalu Nabi saw menyuruh Amir bin Fuhairah membuat catatan
kecil diatas kulit untuk diberikan kepada Suraqah bin Malik.
Itu salah satu dari sekian Mu’jizat
yang diperlihatkan Allah subhanahu wata’ala, untuk
menunjukkan kekuasaan-Nya.
Semangat Pengorbanan.
Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad
saw juga memberikan pelajaran semangat pengorban-an. Hampir semua orang
yang terlibaat dalam peristiwa Hijrah itu berkorban.
Misalnya sahabat Ali bin
Abi Thalib, yaitu ketika beliau menyediakan dirinya untuk tidur di
tempat tidur Nabi Muhammad saw, dengan resiko bisa saja ia dibunuh oleh
orang-orang kafir Quraisy. Karena ketika itu Nabi saw sedang dicari-cari
untuk dibunuh, kalau mereka orang kafir itu marah, dan yang ditemukan adalah
Ali bin Abi Thalib, bisa saja Ali bin Abi Thalib yang dibunuh
mereka. Tetapi atas perintah Allah subhanahu wata’ala Nabi
Muhammad saw menyuruh Ali bin Abi Thalib, menjelang saat hendak berhijrah,
menggantikan tidur di tempat tidur Nabi saw, menggunakan selimut Nabi saw, yang
berwarna hijau yang berasal dari Hadrami.
Maka ada sebagian ahli Tafsir
yang mengatakan bahwa Surat Al Baqarah ayat 207 :
ÆÏBur Ĩ$¨Y9$# `tB Ìô±o çm|¡øÿtR uä!$tóÏGö/$# ÉV$|ÊósD «!$# 3 ª!$#ur 8$râäu Ï$t6Ïèø9$$Î/ ÇËÉÐÈ
Dan di antara manusia ada orang
yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha
Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.
Bahwa yang dimaksudkan
orang yang bersedia mengorbankan dirinya karena mencari ridho Allah subhanahu
wata’ala dalam ayat tersebut adalah Ali bin Abi Thalib.
Yang mengorbankan dirinya dengan
menggantikan tidur di tempat tidur Nabi Saw yang sedang diancam hendak dibunuh.
Tetap memang Nabi Muhammad saw
sempat mengatakan kepada Ali bin Abi Thalib : “Tidurlah engkau di tempat
tidurku, tidak mungkin mereka mencelakakanmu”. Lalu Ali bin Abi Thalib tidur di
tempat tidur Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam. Itulah
semangat pengorbanan Ali bin Abi Thalib.
Juga pengorbanan dari orang-orang
yang bersama Nabi Muhammad saw. Misalnya Asma binti Abubakar
Siddiq, yang selalu mengirim makanan dan minuman ke gua Tsur
dimana Nabi Muhammad saw dan Abubakar Siddiq bersembunyi. Asma bin
Abubakar ketika itu dalam keadaan hamil tua, selama tiga hari itu pergi-pulang
dari rumahnya ke Gua Tsur sambil sembunyi-sembunyi, karena khawatir ada orang
kafir Quraisy yang melihatnya.
Suatu saat Asma r.a. ketika
mengirim bekal makanan dan minuman itu lupa tidak membawa tali untuk mengikat
barang-barang yang dibawa dengan pelana unta. Asma kemudian melepas kain ikat
pinggangnya, dibelah menjadi dua, separuhnya untuk mengikat barang (bekal untuk
Nabi dan Abubakar) dan separuhnya untuk mengikat pingganya sebagaimana
biasanya. Karena kejadian ini maka Asma binti Abubakar dikenal dengan sebutan Dzaatunnitaqqain
(perempuan dua ikat pinggang).
Banyak julukan para sahabat Nabi
Muhammad saw. ‘Utsman bin ‘Affan diberi julukan Dzunnurain wal
Hijratain (Dua cahaya dan dua Hijrah). ‘Utsman bin ‘Affan
menikah dengan dua orang puteri Nabi Muhammad saw. Isteri pertamanya dari
puteri Nabi saw bernama Ruqayah, karena sakit tidak lama
kemudian Ruqayah wafat dan ‘Utsman bin ‘Affan dinikahkan denngan puteri Nabi
saw yang lain bernama Ummu Kaltsum.
‘Utsman bin ‘Affan Hijrah dua
kali, yaitu pertama hijrah ke Habasyah (Ethiopia) dan kedua Hijrah bersama Nabi
saw ke Madinah.
Jadi pengorbanan dari para
sahabat dan orang-orang dekat Nabi Muhammad saw banyak sekali, tetapi kita
sebut saja yang dua seperti tersebut di atas yaitu pengorbanan dari Ali
bin Abi Thalib dan Asma binti Abubakar.
Sahabat-sahabat yang lain juga berkorban, mereka melakukan pengorbanan sesuai
dengan apa yang bisa mereka korbankan.
Muslimin dan muslimat yang
dirahamati Allah subhanahu wata’ala,
Kita yang hidup di abad 21 ini
tentunya tidak dituntut untuk mengorbankan jiwa kita, karena kita tidak tinggal
di wilayah Daarul Harby (negeri dalam peperangan), kalau orang
di Palestina sekarang dituntut untuk mengorbankan jiwa dan raganya, demikian
juga Afghanistan, Iraq, dan negeri lain yang masih dijajah oleh orang
kafir. Yang dituntut dari kita paling-paling adalah harta, waktu dan
tenaga kita.
Maka salah satu perirntah Allah subhanahu
wata’ala dalam AlQur’an adalah kita disuruh membelanjakan (mengorbankan)
harta kita di jalan Allah subhanahu wata’ala.
Kalau kita perhatikan dalam
kehidupan manusia sehari-hari, ketika anak (bayi) lahir tangannya menggenggam.
Ada seorang sufi bercerita, kalau seorang anak bayi menggenggam adalah simbul
bahwa setiap orang itu terlahir dengan kecenderungan ingin mencari,
mengumpulkan dan memiliki harta sebanyak-banyaknya untuk dirinya.
Seperti difirmankan Allah subhanahu
wata’ala dalam Surat Al Humazah ayat 2 dan 3 :
×@÷ur Èe@à6Ïj9 ;otyJèd >otyJ9 ÇÊÈ Ï%©!$# yìuHsd Zw$tB ¼çny£tãur ÇËÈ Ü=|¡øts ¨br& ÿ¼ã&s!$tB ¼çnt$s#÷{r& ÇÌÈ
1. Kecelakaanlah bagi setiap
pengumpat lagi pencela
2. Yang mengumpulkan harta dan
menghitung-hitung.*)
3. Dia mengira bahwa hartanya itu
dapat mengekalkannya,
*) Maksudnya mengumpulkan dan menghitung-hitung harta
yang karenanya dia menjadi kikir dan tidak mau menafkahkannya di jalan Allah.
Dan kalau ia sudah mengumpulkan
hartanya itu, maka ia terjatuh pada golongan orang-orang yang kikir. Dan
itu sudah terlihat sejak bayi ketika ia dilahirkan. Tandanya adalah
tangannya menggenggam. Ia kikir, tidak mau berbagi dengan orang
lain. Ia tidak akan mau menjadi orang yang dermawan. Ia tidak suka
dengan kedermawanan.
Dermawan artinya orang yang suka
memberikan harta atau makanan yang berlebih atau bahkan barang yang sudah tidak
perlukan lagi kepada orang lain yang membutuhkan. Tetapi lebih tinggi
tingkatannya dari itu adalah orang yang memberikan sesuatu kepada orang yang membutuhkan,
padahal orang yang memberikan itu sangat membutuhkannya. Bahkan ketika
memberikan kepada orang lain, ia menjadi susah. Itulah yang disebut puncak
kedermawanan. Lihat Surat Ali Imron ayat 134 :
tûïÏ%©!$# tbqà)ÏÿZã Îû Ïä!#§£9$# Ïä!#§Ø9$#ur tûüÏJÏà»x6ø9$#ur xáøtóø9$# tûüÏù$yèø9$#ur Ç`tã Ĩ$¨Y9$# 3 ª!$#ur =Ïtä úüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÊÌÍÈ
(yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan.
Kalau dalam keadaan lapang
seseorang punya barang (harta) yang berlebih, maka ia tidak akan terpengaruh
dengan ia memberikan harta itu, karena ia berlebih harta. Atau ia memberikan
barang yang sudah tidak ia perlukan lagi sementara barang itu masih bermanfaat
bagi orang lain. Yang berat adalah memberikan harta kepada orang lain,
sementara ia sendiri dalam keadaan sempit. Ia sendiri sedang sangat
membutuhkannya bahkan ia menjadi sulit karenanya. Sifat yang demikian itu
dalam Islam disebut : Itsar.
Itsar itu dilakukan oleh orang-orang Anshor
(penduduk Madinah) ketika Nabi Muhammad saw dan kaum muslimin hijrah dari
Makkah ke Madinah.
Lihat Surat Al Hasyar
ayat 9 :
tûïÏ%©!$#ur râä§qt7s? u#¤$!$# z`»yJM}$#ur `ÏB ö/ÅÏ=ö7s% tbq7Ïtä ô`tB ty_$yd öNÍkös9Î) wur tbrßÅgs Îû öNÏdÍrßß¹ Zpy_%tn !$£JÏiB (#qè?ré& crãÏO÷sãur #n?tã öNÍkŦàÿRr& öqs9ur tb%x. öNÍkÍ5 ×p|¹$|Áyz 4 `tBur s-qã £xä© ¾ÏmÅ¡øÿtR Í´¯»s9'ré'sù ãNèd cqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÒÈ
Dan orang-orang yang telah
menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka
(Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka
(Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka
terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka
mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun
mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka Itulah orang orang yang beruntung.
Yang demikian itu dialami oleh
sahabat Nabi Muhammad saw seperti Abdurrahman bin ‘Auf, ia pernah
ditawari harta oleh orang Anshor, tetapi Abdurrahman bin ‘Auf berkata :
“Terima kasih atas kebaikanmu, tetapi tunjukkanlah dimana ada pasar, aku akan
berusaha mencari nafkah dengan berdagang di pasar itu”.
Riwayat lain lagi, suatu saat
Nabi Muhammad saw menerima tamu di Madinah, kebetulan saat itu tidak ada
makanan di rumah beliau. Kemudian ada seorang sahabat datang juga di
rumah beliau. Nabi saw bersabda : “Wahai sahabatku, ini ada tamu saya, ajaklah
ke rumahmu dan tolong jamulah tamu saya ini”.
Sahabat itu lalu mengajak tamu
Nabi Saw ke rumahnya, padahal di rumahnya hanya ada makanan pas untuk
persediaan untuk satu orang saja. Lalu sahabat itu menyuruh isterinya
untuk menyediakan makanan dan minta agar lampu dimatikan sehingga ruang menjadi
gelap.
Lalu sahabat duduk bersama di
meja makan bersama tamu, dalam keadaan gelap gulita dan mempersilakan tamunya
makan yang telah disediakan dihadapannya, dan ia pura-pura ikut makan. Hal itu
dilakukan sekedar untuk menyenangkan tamunya.
Jadi tamu dilayani tetapi ia
malam itu dalam keadaan lapar.
Esok harinya Nabi Muhammad saw
bertemu dengan sahabatnya yang telah menjamu tamunya itu, bersabda : “Allah
kagum atas apa yang telah engkau lakukan semalam terhadap tamumu”. Lalu
turunlah wahyu Surat Al Hasyr ayat 9 sebagaimana tersebut
diatas.
Kembali dengan tangan yang
menggenggam ketika lahir. Dan ketika mati, setiap orang mati orang itu akan
membuka telapak tangannya, tidak menggenggam. Artinya, bahwa semua harta yang
telah dikumpulkan selama hidup di dunia, ketika mati dilepas, tidak ada yang
dibawa ke liang kubur, kecuali hanya beberapa meter kain kafan saja.
Bahkan ada yang tidak sempat dikafani, karena ketika ia naik pesawat dan
pesawatnya jatuh, tenggelam dalam laut dan ia sudah tidak ketemukan lagi
jazadnya. Ia masuk alam kubur tanpa kain kafan.
Persaudaraan Sejati.
Pelajaran sejati terlihat pada
diri Abubakar Siddiq ‘alaihissalam. Setelah
perintah dari Allah subhanahu wata’ala untuk hijrah ke Madinah, maka
Nabi Muhamamad shollallahu ‘alaihi wasallam datang di rumah Abubakar
Siddiq pada waktu yang tidak biasa.
Ketika Nabi saw datang itu,
Abubakar juga anak puterinya ‘Aisyah rodiyallahu ‘anha berkata
: “Nabi tidak biasa datang pada saat seperti ini, kecuali ada sesuatu yang
sangat penting”. Maka Nabi Muhammad saw menyampaikan kepada Abubakar
tentang perintah Hijrah itu.
Apa reaksi Abubakar ketika itu
? ‘Aisyah r.a. berkata : “Saya belum pernah melihat ada orang menangis karena
bahagia sampai saya melihat Abubakar menangis karena bahagia ketika Nabi saw
menyampaikan beliau akan bersama berhijrah bersama Nabi Muhammad saw. Rupanya
ketika Nabi saw menyampaikan berita adanya perintah ber-Hijrah itu beliau
berkata kepada Abubakar : “Engkau menemaniku ber-hijrah ke Madinah”.
Mendengar itu Abubakar merasa sangat bahagia luar biasa sehingga ia menangis.
Abubakar dengan Nabi Muhammad saw
memang sangat akrab. Usia beliaupun tidak jauh berbeda. Hubungan antara mereka
sangat dekat. Kalau orang lain masuk Islam masih dengan bertanya ini dan
itu, nanti bagaimana dsb, tetapi Abubakar satu-satunya manusia yang masuk Islam
tanpa reserve apapun. Abubakar Siddiq adalah juga mertua Rasulullah
saw karena beliau menikah dengan ‘Aisyah r.a seorang puteri Abubakar rodhiyallahu
‘anhu.
Tentang Abubakar, Nabi Muhammad
saw bersabda : “Kalau iman Abubakar itu ditimbang, maka iman Abubakar lebih
berat dibanding umat seluruh umatku”.
Sahabat utama Nabi Muhammad saw
selain Abubakar Siddiq adalah Umar bin Khathab,
‘Utsman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Dalam Hadits shahih dikatakan
bahwa orang yang paling mengasihi Nabi Muhammad saw adalah Abubakar Siddiq, orang
yang paling tegas dalam menjalankan agama
adalah ‘Umar bin Khathab dan orang yang paling pemalu adalah
‘Utsman bin ‘Affan.
‘Umar bin Khathab terkenal paling
tegas dalam menjalankan syariat agama Islam. Maka ada satu riwayat yang
mengatakan bahwa syaithon saja bila berjalan hendak berpapasan dengan ‘Umar bin
Khathab, syaithon itu akan mengambil jalan lain, agar tidak berpapasan
dengan ‘Umar bin Khatahb. Syaithon takut dengan ‘Umar bin Khathab.
Sedangkan Ali bin Abi Thalib
terkenal dengan julukan “Karomallahu Wajhah” (Orang yang wajahnya
dimuliakan oleh Allah subhanahau wata’ala). Ali bin Abi Thalib
terkenal sebagai orang yang seumur hidupnya tidak pernah memandang sesuatu yang
dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala.
Ketika sedang dalam perjalanan
Hijrah ke Madinah, kadang-kadang Abubakar berjalan mendahului agak di depan
Nabi Muhammad saw tetapi kadang-kadang ia berada di belakang Nabi Muhammad
saw. Ketika Nabi Muhammad saw bertanya mengapa ia berbuat seperti itu,
Abubakar menjawab : “Ya Rasulullah, ketika aku berjalan di depan, karena aku
khawatir ada musuh yang akan mengintai di depan. Biarlah aku yang pertama
dilihat oleh musuh. Sedangkan bila aku di belakang karena aku
membayangkan ketika musuh mengejar dari belakang, maka aku melindungi engkau di
belakang, biarlah aku yang menghadapi musuh lebih dahulu”.
Itulah persaudaraan sejati.
Ada suatu peristiwa terjadi, dalam suatu peperangan Abubakar di pukul oleh
seorang tokoh Quraisy bernama ‘Utbah bin Rabi’ah dengan
dibantu orang-orang kafir lainnya, sehingga Abubakar pingsan. Ketika ia
sadar kembali, Abubakar bertanya, yang ia tanyakan : “Bagaimana Rasulullah ?”.
dijawab oleh sahabat yang lain : “Alhamdulillah Rasulullah selamat dan sehat
wal ‘afiat”. Lalu Abubakar berkata : “Aku tidak akan memakan
makanan sesuap-pun dan tidak akan meminum air seteguk-pun sampai aku melihat
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam”.
Demikianlah persaudaraan sejati.
Persaudaraan sejati bisa diukur bila kita dalam keadaan sulit. Karena
dalam keadaan senang amat mudah mencari saudara, tetapi dalam keadaan sulit
kita biasanya sulit mencari saudara. Karena orang mau mendekat kepada kita bila
kita bergelimang harta. Biasanya demikian yang terjadi dalam masyarakat kita.
01 Januari 2011
Tgk. Nawawi Hakimis
0 Response to "Muharram di Bakau Hulu"
Posting Komentar