Cinta, Mahabbah-MPTT

“ CINTA / MAHABBAH ”

Sebagian dari ajaran Tasawuf yaitu : MAHABBAH. Makam Mahabbah/Cinta kepada Allah SWT adalah untuk menghilangkan cinta kepada selain Allah SWT, terutama duniawi yang telah bersarang pada batin kita, yang menyebabkan timbul kemaksiatan atau pekerjaan-pekerjaan yang bertentangan dengan aturan atau syari’at/undang-undang/peraturan-peraturan yang telah disepakati apabila kita melakukannya juga, maka bisa membawa kita  kepada kehancuran dan malapetaka.

Untuk dapat mencegah/mengantisipasi, adalah dengan cara Cinta kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman :

مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ

Artinya : orang-orang yang apabila dia telah murtad dari agamanya, maka Allah SWT akan mendatangkan yang lain untuk menggantikan mereka, yaitu orang-orang yang Allah SWT cintai dan merekapun mencintai Allah SWT. (Q.S. Al-Maidah, ayat : 54)


Cinta : adalah merupakan perpaduan antara kemauan dan rasa dekat kepada seseorang yang dicintainya di atas jalan yang memberi apa yang ada pada dirinya, termasuk nyawanya, dan mencegah kerlingan hatinya dari pada selain orang yang dicintainya. Sehingga dia membangsakan perbuatannya, sifatnya, wujudnya, kepada orang yang dicintainya.

Himmah ini/kemauan didasarkan kepada ilmu. Rasa dekat karena terlihat kebagusan daripada sifat dan zat orang yang dicintainya dalam pandangan batinnya. Maka inilah penyabab fana atau hilang ingatan-ingatan/khatar-khatar pada selainnya. Dan juga terhapus perbuatan sifat dan wujud. Maka oleh karena itu Cinta ini/Mahabbah ini merupakan tanda bagi orang yang telah berthariqat yang benar dan nisbah/membangsakan dirinya sebagai hamba yang hina dan Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Mulia. Maka cinta ini adalah makam orang yang telah berpindah dari awam/terhijab Allah SWT dengan dirinya kepada makam khawash/orang yang tidak dapat terhijab oleh selain Allah SWT, termasuk dirinya dan alam semesta.

Maka Mahabbah ini dalam Ilmu Ketasawufan terbagi kepada tiga tingkatan, sbb :

 1). Cinta yang dapat memutuskan was-was/keraguan di dalam hatinya yang menimbulkan kegundahan dengan sebab luput selain Allah SWT. Dan juga merasa senang/lezat dengan beban-beban yang dibebankan oleh Allah SWT baik perintah maupun larangan. Sebab kalau dia merasakan dirinya hina dihadapan orang yang paling mulia, maka bertambah senang dan lezat. Dan terhibur dengan musibah-musibah yang dialaminya. Karena batinnya tidak tersangkut pada selain Allah SWT. Karena kegundahan itu sebab tersangkut hati pada selain Allah SWT. Orang-orang yang mencintai Allah SWT, maka dia tidak tersangkut hatinya kepada selain Allah SWT termasuk pada dirinya sendiri.

Cinta tingkat pertama ini tumbuh dengan sebab melihat nikmat-nikmat Allah SWT dan tetap dengan mengikut Sunnah Rasulullah SAW, dan bertambah dengan memperkenankan hajat/selalu dia berhajat kepada Allah SWT. Sebab dirinya berdasarkan pada mumkin ada. Ada perbuatannya, sifatnya, wujudnya, kesemuanya itu datang/berasal/limpahan dari pada Allah SWT. Dan pada hakikatnya kita manusia ini tidak ada sama sekali dalam pandangan-Nya.

 2).   Cinta mengutamakan Allah SWT dari selainnya dan banyak menyebut Allah-Allah-Allah dengan lidahnya. Pandangan batinnya senantiasa kepada Allah SWT. Kalaulah tingkat pertama melihat kepada perbuatan Allah SWT, yang kedua ini karena menyaksikan sifat-sifat Allah SWT.

Terlihat oleh mata hatinya Sifat-Sifat Allah SWT pada makhluk-Nya. Dan tanda-tanda kesempurnaan Zat-Nya, dan juga dia telah dapat melalui maqam-maqam yang terjadi dari sifat Allah SWT. Seperti maqam ridha/terhapus kemauannya dalam kemauan Allah SWT; dan maqam taslim/terhapus ilmunya dalam ilmu Allah SWT.

 3). Cinta yang terputus untuk mengibaratkannya/mengucapkannya, karena ucapan itu datang dari sesuatu yang diperdapat oleh akal dan faham. Sedangkan MAHABBAH tingkat yang ketiga ini adalah Cinta Dzati. Sangat halus dalam mengisyaratkannya, yaitu Allah SWT yang memperkenalkan Zat-Nya pada hamba yang dikehendaki-Nya. Cinta dari haq bagi haq dan dengan haq. Bagi orang-orang yang bukan ahli hak, tidak dapat memahami dan tidak sampai cinta ini untuk disifatkan. Karena dia tur dibelakang tur akal/dibelakang kemampuan akal. Cinta ini yang dapat menghilangkan agrad dan ‘awad nafsu/huzuz-huzuz dan keuntungan nafsu, sehingga dapat menetapkan cinta kepada Allah SWT. Berbeda dengan tingkat pertama dan kedua. Karena cinta yang ada pada tingkat tersebut masih bisa diusahakan , karena dasar cinta ini adalah Syuhud/Menyaksikan keberadaan Allah SWT semata-mata.

Demikianlah pembahasan cinta bagi kita orang yang benar-benar bertasawuf agar dapat memakluminya dan mendapatkannya. Semoga kita menjadi hamba yang dicintai-Nya. Amiin...

Wallahu A’lam Bisawaaf

Wassalam,


TTD

Abuya Syekh H. Amran Waly Al-Khalidy, Labuhan Haji, Aceh

Pimpinan Pusat Pengkajian Tauhid dan Tasawuh Se Asia Tenggara

0 Response to "Cinta, Mahabbah-MPTT"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel