Politik Fir'aun Dalam Rangka Mrmpertahankan Kekuasaannya.

*DEMI MEMPERTAHANKAN KEKUASAAN, FIR’AUN BERSAMA PARA BUDAK POLITIKNYA MENEBAR DUSTA*

Oleh : *Ahmad Sastra*



Setidaknya ada tiga komponen yang saat itu menjadi _budak politik_ rezim fir’aun dengan imbalan mendapatkan jabatan di istana. Pertama adalah para cendekiawan yang diwakili Hammam sebagai Menteri. Kedua, para ahli manipulasi yang diwakili oleh para tukang sihir. Ketiga adalah militer yang diwakili oleh para pasukan tentara fir’aun. Mari kita ikuti kisahnya :

Dan berkatalah fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan Sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta". (QS. Al Mukmin : 36).

Meski fir’aun adalah rajanya dusta, namun dari dinding istananya, dia justru mendustakan kenabian Musa dan ajaran Islam yang dibawanya. Tidak berhenti sampai disitu, dari balik istananya pula, fir’aun menyebarkan kedustaan atas ketuhanan Allah dan kenabian Musa kepada seluruh rakyat mesir seraya mengajak rakyat untuk mendukung dan memuja dirinya.

Salah satu yang bergabung bersama fir’aun adalah menteri ahli infrastruktur yang namanya hamam. Fir’aun dengan congkaknya membanggakan Infrastruktur istananya seraya sesumbar bahwa dirinya adalah tuhan dan mendustakan Tuhannya Musa. Hamam adalah salah satu menteri fir’aun yang rela membudak kepada rezim fir’aun karena mendapat kedudukan di istana.

Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah Hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang Tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan Sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia Termasuk orang-orang pendusta" (QS Al Qashash : 38)

Imam Ibnu Katsir dalam Kitab Qashasul Anbiyaa hal 566 menjelaskan ayat ini dengan dua kemungkinan makna. Pertama, fir’aun merasa Musa berbohong ketika mengatakan bahwa ada Tuhan selain fir’aun. Kedua, fir’aun merasa bahwa Musa berbohong ketika mengatakan bahwa dirinya adalah utusan Tuhan.

Ibnu Katsir melanjutkan penjelasannya bahwa kemungkinan pertama lebih dekat kepada keadaan fir’aun saat itu, sebab fir’aun memang mendustakan adanya Allah. Maksud fir’aun untuk bertemu Tuhannya Musa dengan meninggikan istananya agar dirinya lebih dipercaya masyarakat Mesir untuk tidak mengikuti Musa dengan terus mendorong agar masyarakat mesir ikut dirinya mendustakan kenabian Musa.

Meski banyak melakukan dusta atau hoax dalam istilah modern, namun fir’aun tetap nyaman dengan kedustaannya itu. Fir’aun selalu memandang baik apa yang dilakukan. Padahal fir’aun tidak akan mendapat apa-apa dari hoaxnya itu, melainkan hanya mendapatkan kerugian belaka.

Demikianlah dijadikan fir'aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian (QS Al Mukmin : 37).

Manusia jenis kedua yang rela membudak kepada rezim fir’aun adalah para Tukang sihir yang mampu merancang kebohongan publik dengan keahliannya. Seperti diketahui, para tukang sihir fir’aun diiming-imingi kursi istana dengan syarat tukang sihir itu bisa mengalahkan Musa.

Para tukang sihir yang jumlahnya antara 12.000 sampai 80.000 orang itu mencoba mengelabuhi masyarakat saat itu dengan sihirnya demi mempertahankan kekuasaan fir’aun. Para tukang sihir itu memprovokasi masyarakat bahwa Musa dan Harun adalah dua penyihir yang akan mengubah budaya dan tradisi Mesir yang selama ini berlaku.

Mereka berkata: "Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama (sebagai penguasa Mesir). Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris. dan Sesungguhnya beruntunglah orang yang menang pada hari ini (saat berlangsungnya pertandingan). (QS Thahaa : 63-64).

Ironisnya, masyarakat Mesir terpengaruh oleh kedustaan fir’aun. Kebohongan fir’aun yang secara terus menerus dilontarkan menjadikan masyarakat terpengaruh dan menjadi pemuja dan budaknya. Apapun yang dikatakan fir’aun, maka masyarakat saat itu membenarkannya, meskipun fir’aun berdusta dengan mengatakan bahwa dirinya adalah tuhan. Dan karena itu pulalah akhirnya Allah murka dan menenggelamkan fir’aun dan para pemujanya.

Allah berfirman,” Maka (fir’aun) dengan perkataan itu telah mempengaruhi kaumnya, sehingga mereka patuh kepadanya. Sungguh mereka adalah kaum yang fasik. (QS Az Zukhruf : 54).

Budak politik fir’aun berikutnya adalah para Pasukan bersenjata atau militer. Allah berfirman, “ Maka Kami hukumlah Fir'aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim. Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. (QS Al Qashash : 40-41).

Padahal seluruh budak politik fir’aun yang penuh dusta, penebar hoax, kecurangan, congkak, menentang Allah, menentang ajaran Islam yang dibawa Musa akan mendapatkan laknat dari Allah di dunia hingga di akherat kelak. “ Dan Kami ikutkanlah laknat kepada mereka di dunia ini; dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah)” (QS Al Qashash : 42).

Tentang pemimpin curang, Rasulullah bersabda, “ Tidaklah seorang hamba yang Allah berikan kepemimpinan atas orang lain, lalu ia mati dalam keadaan curang terhadap orang-orang yang dipimpinnya, melainkan Allah akan mengharamkan atasnya surga” (HR Muslim).

Maka akhir kisah rezim fir’aun yang penuh dusta dan dibantu oleh para budak politiknya yang dengan segala rekayasanya mencoba mempertahankan kekuasaan fir’aun adalah datangnya murka Allah hingga fir’aun dan seluruh pemujanya ditenggelamkan oleh Allah.

Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut), dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian. (QS Az Zukhruf : 55-56).

Sebagai “orang-orang yang kemudian”, hendaknya kita mengambil pelajaran dan petunjuk dari kisah-kisah dalam Kitab Suci agak kita mampu bercermin atas peran diri kita dalam fragmen politik saat ini.

*[AhmadSastra,KotaHujan,20/04/19 : 22.40 WIB]*
===
Sumber : Copypaste

0 Response to "Politik Fir'aun Dalam Rangka Mrmpertahankan Kekuasaannya."

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel